Ketika usia Jhon 5 tahun, suamiku meninggal dunia. Aku tak mau menikah lagi. Takut suamiku tak menyayangi anakku dan mereka hanya mau harta kekayaanku saja.
Jhon terus menempel di lenganku. Apakah dia juga bangga memiliki ibu sepertiku? Kutanyakan padanya.
"Apa mama mu ini masih cantik, sayang?' tanyaku manja.
"Masih Mam. Buktinya orang-orang selalu melirik paha mama, tetek mama dan pantat mama," jawab anakku. Aku tersenyum dan mencubit hidungnya.
Tak terasa kami sudah sampai di hotel, hanya dua meter dari bibir pantai danau.
"Apa kamu suka pada Mama?" tanyaku.
"Suka dong Mam." katanya dengan tatapannya yang nakal.
"Bagian mana yang kamu suka?" tanyaku menyelidik.
"Semuanya, Mam. Tetek Mama, bibir dan pantat Mama yang aduhai..." katanya memuji. Aku tersenyum. Biasalah, namanya anak, pasti memuji mamanya, bisik hatiku.
"Buktikan, kalau kamu senang pada bibir mama," kataku. Jhon meraih tengkukku dan melumat bibirku. Kubalas lumatan bibirnya, sampai dia gelagapan.
Clup... kecupan bibir kami terlepas. Aku tersenyum. Usiaku terpaut berbeda 21 tahun.
"Kita ke dalam, Mam" Jhon mengajakku meninggalkan teras hotel untuk memasuk ke dalam kamar. Kuikuti langkah Jhon.
Kutatap matanya yang berbinar-binar. Kuelus pipinya. Aku harus menatapnya jauh ke atas, karena beda tingi kami berkisar 11 Cm. Jhon memang tinggi dan atletis, mirip papanya.
"Ternyata, kamu hanya suka bibir mama saja," kataku.
"Tentu tidak," jawabnya.
"Lalu buktikan dong," kataku.
Jhon mendekatiku, Ditariknya baju kaos yang kupakai, sampai lepas. Kini dia melepas pengkait bra ku.
"Mam... aku suka. Besar sekali. Aku suka," katanya sembari mengulum pentil tetekku. Oh... kulumnya membuatku nikmat. Kini Jhon berjongkok dan melepas celanaku. Juga celana dalamku.
"Waaawww... indah sekali memek mama," katanya memuji. Disapu-sapunya bulu memekku yang masih lebat, tapi kutata dengan baik. Diulurkannya lidahnya menjilati bulu-bulu memekku. Lalu lidahnya menjelajah ke belahan memekku. Aku hanya mengelus-elus kepalanya dengan lembut.
"Kamu suka sayang?" kataku.
"Ya Mam. Aku suka sekali," jawabnya.
"Kamu juga telanjang dong. Kok Mama saja," pintaku. Jhon berdiri dan melepas semua pakaiannya. Sudah kuduga, kalau kontolnya pasti besar dan panjang, karean anakku memang tinggi dan kekar.
"Waaawww... besar dan panjang," kataku.
"Iya Mam. Mama suka?" tanyanya.
Iya. Mama suka sayang. Pasti nikmat sekali," kataku memuji dan ingin segera merasakannya.
"Dia milik Mama. Pasti mama akan menikmatinya" Dia menarikku ke kursi. Didudukkannya aku dipangkuannya. Tetekku mulai kembali diisap-isapnya dan bagian-bagia tubuhku mulai dielus-elusnya.
"Nikmat sekali tetek mama," katanya.
"Nikmati sepuasmu sayang. Mama juga suka," kataku meminta. Jhon menikmati pentil tetekku silih berganti kiri dan kanan. Tangannya mulai meraba-raba memekku. Salah satu jarinya sudah mulai bermain-main di lubang memekku dan klentitku disapu-sapunya. Aku sangat merasakan indah sekali. Aku memeluknya dan menjilati jidatnya saat tetekku masih terus diisap-isapnya.
"Mama sudah tak tahan sayang. Mama sudah ingin cepat merasakan ini," kataku meraba kontolnya yang sangat keras itu,
"Ayo nak, dimasukkan," kataku.
Jhon mengangkat dan membopong tubuhku dan meletakkanku ke atas tempat tidur yang empuk disela-sela debur ombak kecil danau biru itu.
"Cepat dong sayang. Mama sudah tak sabar ni," pintaku.
Jhon mengakangkan kedua kakiku dan menjilati memekku. Lidahnya berputar-putar di sana. Pantatku berada di ujung tempat tidur. Jhon berjongkok di lantai. kedua kakiku berada di bahu dan terletak di punggungnya. Lidahnya terus menjilati klentitku dan kedua tangannya meraba-raba perutku dan pantatku. Aku benar-benar sangat menikmatinya. Tapi...
"Ayo dong sayang. Aku menginginkan kontolmu yang besar dan panjang itu. Dimasukkan, nak. Ayo cepat," pintaku
Jhon sudah berada di antara kedua pahaku. Perlahan diarahkannya kontolnya ke memekku. Perlahan disorongnya.
"Ma... memek mama masih sempit, ma."
"Bukan memek yang sempit sayang, tapi kontolmu yang besar. Ayolah, cucuklah. Tapi pelan-pelan ya..." pintaku lagi.
Jhon mencucukkan kontolnya kelubangku yang sedai tadi sudah berair dan becek, mengeluarkan aroma yang sangat tajam.
"Oh... " kontol itu terasa panas dan menggesek lubang memekku. Aku merasakan kontolnya menembus memekku. Yah... makin kedalam dan semakin dalam, hangat dan menggairahkan.
"Ayo dong sayang. Jangan nakal..." kataku.
"Iya... mam. Biar masuk dulu semua. Aku merasakan batang itu sudah habis tertelan memekku.
"Ayo dong sayang, apa lagi. Puasin mama dong..." pintaku lagi.
Perlahan Jhon menarik cucuk kontolnya di memekku. Terasa begitu seret. Aku merasakan gesekan kontolnya di dinding rahimku begitu hangat dan kesat. Aku merintih-rintih merasakan nikmatnya.
"Ayo dong sayang. Cepat dong... puasin mama," pintaku lagi dan lagi. Jhon sudah memelukku. Tubuhnya menindih tubuhku dan dia mulai menarik dan mencucukkan kontolnya secara teratur ke lubangku. Aku semakin merasakan kenikmatan tak dapat kulukiskan. Kenapa selama ini aku enggan memintanya? Sementara aku sudah tak mungkin lagi hamil. Aku sudah menutup kehamilanku dengan operasi kecil. Ketika itu, aku sendiri tak yakin pada diriku, karean nafsuku yang selalu ingin bersetubuh. Nyatanya, aku mampu menjaganya. Andaikan aku masih bisa hamuil, pasti aku menginginkan anak dari Jhon yang juga anakku.
"Jhon... cepat dong. Mama sudah tak tahan ni..." desahku kuat dan mencakat tubuhnya.
Jhon mengerti keinginanku. Dia mulai mempercepat kocokan kontolnya di memekku. Aku memeluknya sembari menjilati lehernya dengan rakus.
"Jhon... mama sudah mau sampai ni... Cepat dong..." aku mendesah lagi.
"Sabar Ma. Tar lagi. Tahan dulu, aku akan mencapai puncak," jawabnya.
"Mama sudah tak tahan sayang. Bisa rintok Mama, kalau begini. Ayo dong sayang..."
Jhon nmenarik rambutku dan memelukku kuat-kuat. Tubuhnya sepenuhnya menindih tubuhku dari atas. Kocokan kontolnya ke dalam memekku semkin cepat. Suara-suara gesekan kontol dan memekku membuat nafsu kami semakin menggebu-gebu. Basah, becek dan hangat.
"Ayo dong sayang... Mama sampai ni..." kataku memeluknya kuat-kuat dan terus mendesis. Jhon mempercepat kocokannya dan memperkuat pelukannya. Dia menekan kuat tubuhnya di atas tubuhku.
"Mama... aku akan sampai juga ni," katanya menekan sedalam-dalamnya kontolnya ke dalam lubang memekku, sampai memekku benar-benar penuh. Semakin penuh lagi, saat sperma kentalnya yang hangat lepas dari kontolnya.
"Maaaaa.... aku sampeeeekkkk..." katanya kuat. Semoga tetangga kamar sebelah tidak mendengar teriakannya.
Jhon memeluk tubuhku sekuat-kuatnya. Aku membalasnya dan melemahkan rangkulan kakiku di pinggangnya.
"Maaf sayang... nafas mama sudah tak tahan," kataku. Jhon menekan kedua sikunya, agar berat tubuhnya tidak menekan tubuhku secara penuh.
"Mama hebat..." katanya memuji dan merayuku.
"Yang hebat itu kamu sayang, mampu membuat mama orgasme sehebat ini," kataku.
"Aku mencintai Mama," katany.
"Mama juga mencintaimu sayang," jawabku dengan senyum pada nafas yang masih tersengal-sengal. Dibelainya rambutku dengan tulus. Di tutupinya tubuhku pakai selimut dan dikecupnya bibirku. Aku membalas kecupannya.
Rabu, 27 April 2011
Minggu, 03 April 2011
Sabtu, 02 April 2011
susan
“Aduh Mbaaaaaak .. Mbak ceroboh .. nabrak nabrak nggak bilang bilang “ kataku untuk menggodanya, aku terhiptnotis dengan kata kata presenter, sungguh sangat memikat cara bicaranya, aku menjadi luruh. Tinggi tubuhnya yang semampai 170 cm, ukuran buah dadanya yang montok dengan menggunakan kaos yang mencetak bongkahan dadanya itu.
“Daah .. nanti kita selesaikan .. kita cari tempat aja kita rembug “ sahut Susan Bachtiar dengan meninggalkan aku, aku pun masuk ke dalam mobilku kemudian menjalankan mobilku, aku keluar jalan dan menuju ke jalan menuju kantor yang selama ini kugunakan untuk menggarap artis artis yang pernag kukontoli, aku pengin menikmati tubuh molek Susan Bachtiar yang kini membuntuti aku sampai di ruko itu.
Aku keluar dari mobilku, menunggu Susan Bachtiar keluar.
“Ke kantorku aja Mbak .. ada lantai atas “ sahutku dengan memencet remote mobilku agar terkunci, aku pun bergegas masuk ke atas, Susan Bachtiar menyusulku di belakang, kubuka kantorku
“Sialan .. macet tak karuan .. capek nyetirnya “ ucap Susan Bachtiar dengan wajah capek tak karuan.
Aku tersenyum lalu membuka kulkas dan memberikan sebotol minuman dingin.
“Trim .. you’re my friend “ sahut Susan Bachtiar dengan gaya bahasa Inggrisnya yang clear itu. Kutatap wajahnya yang cantik itu membuat Susan Bachtiar tersenyum.
“Mbak Susan masih cantik .. gimana kabar kerjaan Mbak Susan ? “ tanyaku sambil duduk di sofa yang biasa menerima tamu, di mana aku pernah menggarap Hajjah Pipik Dian Irawati ku kontoli di sofa ini pagi pagi.
“Baik .. masih sibuk sekali .. susah membagi waktu antara karier dan rumah .. macet jadi biang keladi “ sahut Susan Bachtiar dengan wajah yang mulai sumringah, aku sengaja duduk dengan menaikan bajuku agar terlihat bagian selakanganku, tonjolan itu membuat Susan Bachtiar mulai ketar ketir. Naluri kewanitaanya mulai bangkit karena aku sudah mulai bicara menjurus jurus ke porno.
“Bosan aku sama pacarku .. minta itu teruuuuuus “ sahutku membuat Susan Bachtiar sampai tergelak, Susan Bachtiar menata nafasnya agar tidak kawatir, wanita ini larut dalam obrolan, aku memegang kendali arah bicara, menyinggung seks dengan vulgar.
“Mbak suka digituin ndak ?” tanyaku membuat Susan Bachtiar menjadi terlonjak
“Aaaaaaaaah .. pertanyaanmu membuatku pengin .. duuh .. malah salah ngomong “ ralat Susan Bachtiar yang melirik ke selakanganku yang mulai membesar itu. Lirikan itu tertangkap mataku, Susan Bachtiar sampai tersipu malu.
“Wah doyan kontol juga Susan ini “ batinku dengan menyimpulkan, cara duduknya mulai nakal, mengangkat pahanya yang mulus, apalagi roknya tidak panjang, aku kemudian menggeser duduknya dengan berpindah ke samping Susan Bachtiar, Susan Bachtiar menjadi terkejut dan ketakutan
“Hei .. kau mau apa ?” selidik Susan Bachtiar dengan nafas tak karuan
“Mbak Susan cantik .. “ pujiku dengan menatap Susan Bachtiar yang berambut pendek sebahu itu, akibat tatapanku itu Susan Bachtiar menunduk. Tanganku menaikan dadunya, tangan Susan Bachtiar menahan.
“Jangaaaaan “ keluh Susan Bachtiar dengan nada parau, suaranya seperti mendesah. Namun tangannya hanya ringan saja menahanku, sehingga dagunya aku naikan, Susan Bachtiar tidak berani menatapku, habis bertatapan sebentar, Susan Bachtiar menunduk paksa, tangannya meremas sofa dengan kuat.
“Mbak pengin ?” tanyaku dengan mengelus elus lengan Susan Bachtiar, Susan Bachtiar sampai gemetar merasakan elusan tanganku di lengannya, kulitnya benar benar mulus sekali, wajahnya yang cantik dengan polesan bibir merah itu kembali menatapku.
Wanita ini memang sedang kesepian, aku sudah tidak tahan dan langsung memeluk tubuhnya, Susan Bachtiar terkejut namun kemudian membalas lumatanku, kami berdua terlibat dalam pertarungan bibir itu, Susan Bachtiar kemudian memegang kepalaku, mengontrol lumatan dan pagutan itu, kami berdua semakin tenggelam dalam kenikmatan cumbuan bibir, tanganku masuk mengelus elus pahanya.
“Ooh aaaaaaaaaauh sssssssssssshhh sssshh .. Haaaaan “ sahut Susan Bachtiar dengan mendesah manja.
“Ya Mbaaaaaaak “ sahutku dengan masuk lebih dalam mengelus elus memeknya yang ternyata sudah basah.
“Eh ..bagaimana aku meminta .. aduuuh .. “ keluh Susan Bachtiar kebingungan
“Bilang aja Mbak Susan minta dikontoli “ sahutku enteng sampai membuat Susan Bachtiar membelalakan matanya, aku tersenyum.
“Kamu jorok “ maki Susan Bachtiar dengan gemas langsung meremas kontolku keras, aku sampai terlonjak keenakan dicekal kontolku masih di dalam celanaku
“Aku mau lihat .. please .. seberapa besar milikmu “ sahut Susan Bachtiar tak sabaran itu. Tangan Susan Bachtiar masih meremas remas kontolku yang ngaceng itu. Aku menarik kaitan celanaku, dengan gesit Susan Bachtiar membantu aku, tak lama kemudian kontolku menyeruak keluar
“Oh My God .. besaaaaaaar sayaaaaaaaaaaang “ puji Susan Bachtiar dengan tersenyum kemudian memegang kontolku dan diremas remas itu.
“Nggak adil .. aku pengin melihat Mbak Susan “ kataku pada Susan Bachtiar dengan menarik kaosnya ke atas, Susan Bachtiar tidak menahanku, kaos itu akhirnya keluar dari tubuhnya, buah dadanya benar benar padat walau tidak besar. Susan Bachtiar menarik celanaku
“Telanjang deh .. biar aku kulum penismu “ sahut Susan Bachtiar dengan muka pengen, gairah seksnya memang tinggi.
“Kita telanjang ya Mbak .. nggak boleh ada pakaian sama sekali “ ajakku dengan membuka pakaianku bagian atas. Habis aku membuka pakaianku sampai telanjang, aku kemudian menaikan kaki Susan Bachtiar ke sofa, kulepas roknya itu kemudian terlihat celana dalamnya sudah basah
“Mbak Susan nggak tahan ya “ ledekku
“Aaah nakal kamu sayaaaaaaaaang “ sahut Susan Bachtiar dengan tersenyum akibat ledekanku.
Kutarik sampai lepas roknya kemudian aku melemparkan roknya itu, tubuh presenter ini benar benar menggairahkan aku semakin tidak tahan, celana dalamnya aku tarik dan kulihat memeknya benar benar indah sekali, jembutnya tipis nan rapi.
“Uuh .. memek Mbak Susan indah sekali .. lebih indah jika kontolku menyodok nyodok” racauku dengan vulgar
“Please .. venis and vagina .. sound better “ sahut Susan Bachtiar dengan wajah yang sudah tidak tahan, matanya terus menatap ke kontolku.
“But ! kontol dan memek lebih nikmat “ sahutku dengan melemparkan celana dalam Susan Bachtiar ke meja di sampingku, aku kemudian langsung menindih, kuremas buah dadanya yang masih tertutup bra, itu aku melumat bibir Susan Bachtiar, Susan Bachtiar pun dengan erat memelukku, meladeni lumatanku dengan rakus dan liar, kami berdua saling menghisap di bibirku, luar biasa nakal dan liar Susan Bachtiar ini. Geliat tubuhnya menggelinjang seiring tanganku membuka cup branya, meremas lembut buah dadanya yang ranum itu.
“Ooh sayaaaaaaaaaaaaaang teruuuuuus aaaaaaaaaaaaaah .. “ erang Susan Bachtiar tak tahan akan pertarungan bibir kami yang semakin menggila, Susan Bachtiar mendorong dadaku agar aku tidak menindihnya, aku pun duduk kembali, Susan Bachtiar bangun dan kemudian membuka branya sendiri, kemudian dilemparkan ke mukaku
“Berani menelanjangi aku .. harus berani tanggung jawab .. sini kontolmu aku emut “ kata Susan Bachtiar dengan tegas dan tersenyum nakal, aku membuka pahaku, dengan gemas Susan Bachtiar menempeleng kontolku
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaauh jiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah “ erangku
“Kontol nakaaaaaaaal … rasakan saja kau .. “ seru Susan Bachtiar dengan gemas dan memegang kontolku
“Aku mau nanya .. sudah berapa kali kau berselingkuh dengan Bu Lula Kamal .. “ selidik Susan Bachtiar dengan wajah menatapku yang sedang memegang kontolku dengan gemas
“Mbak Lula yang ngajak sayaaaaaaaang “ sahutku
“Aku tanya berapa kali ?” tanya lagi Susan Bachtiar dengan serius
“Berkali kali Mbak .. “ jawabku ngasal
“Kau harus begitu .. berkali kali menyetubuhi aku “ sahut Susan Bachtiar dengan enteng kemudian tersenyum
“Ah Mbaak .. tadi malu malu .. sekarang kok nagih nagih “ ledekku sampai membuat Susan Bachtiar tergelak.
“Lha kontolmu besaaaaaar .. aku suka kontol besar, sayaaaaaaaaang .. aku nikmati kontolmu ya sayaaaaaang .. aku pengin merasakan kontolmu .. sudahlah sayaaang .. rebahan sana “ perintah Susan Bachtiar dengan mendorong dadaku.
Dengan rakus Susan Bachtiar langsung menelan kontolku bulat bulat masuk mulutnya, kontolku dipermainkan dalam mulutnya, selepas itu kontolku dikeluarkan, kemudian diludahi, terlihat kontolku memerah karena lipstik di bibir Susan Bachtiar memudar, lidah Susan Bachtiar menjilati rakus kontolku, kubiarkan wanita ini menikmati es krim padat kontolku. Aku tengadah merasakan kenakalan bibir dan lidah presenter ini yang suka petualangan seks juga, kurebahkan tubuhku agar nyaman. Kupandang Susan Bachtiar yang sedang rakus rakusnya bermain dengan kontolku itu. Lidahnya menjilat jilati batangku ke mana mana, kanan kiri, atas bawah, kemudian dengan rakusnya menelan kontolku, menyepong kontolku rakus sekali.
lanjut 7
Pagi ini aku bangun dengan perasaan riang karena pengalaman2 seksku di hari2 kemarin, yang akan berlanjut dengan Ening sampai aku pindah. Dikejauhan tampak Kang Ohim datang membawa calon pembeli, Euis ikut mengantar. Setelah selesai melihat2 rumah kakek, Kang Ohim mengantar calon pembeli ke tanah kakek dibalik bukit. Karena jauh Euis tdk ikut dan akan menunggu disini minta dijemput lagi disini.
Saat ditinggal berdua, Ening langsung ‘tos’ dan memelukku, “Aku minta kenang2an lagi dong. Punyamu enak”, katanya. Aku tersenyum dan ‘tos’.
Euis mengajak masuk kamar, lalu kami sama2 bugil dikamar. Diranjang itu kami lebih bebas dan santai menikmati setiap bagian tubuh. Berulangkali Euis membelai penis dan memuji penisku. Saat bersetubuhpun Euis berkicau tentang penisku, “Uuh.. ahh.. gedee.. mentok.. enaakk.. ahh.. uhh”.
Saat Euis telah mencapai puncak, aku juga berhenti. Aku tidak ingin mengeluarkan maniku, karena maniku akan kuberikan kepada Ening supaya dia hamil.
Karena berkeringat, usai bersetubuh kami mandi. Karena takut terlihat habis mandi, Euis pulang duluan ke rumahnya, dan saat Kang Ohim datang menjemput aku bilang sudah dari tadi pulang.
Siang itu aku masih bingung atas pengalaman seksku yang luar biasa. Mengingat wanita2 yang aku gauli kemarin, aku teringat Bu Lia yang suaminya dinas tiga hari. berarti hari ini dan besok Bu Lia masih sendiri. Aku ke rumah Bu Lia, sekedar ingin tahu apakah Bu Lia mau lagi bersetubuh denganku atau cukup perpisahan kemarin saja.
Diluar dugaan, Bu Lia malah semakin bernafsu. Dia mengajari dan mempraktekkan posisi2 bersetubuh yang pernah ditonton di BF. Kami bercinta di atas kasur hingga ke atas kursi dan kamar mandi. beberapa kali Bu Lia mengejang. Sedang aku menjaga untuk tidak sampai mengeluarkan mani.
Selesai dengan Bu Lia, aku ke pabriknya Maman dan diantar Maman ke rumahnya. Lalu Maman kembali ke pabriknya meninggalkan kami berdua. Ening agak berat melepas Maman pergi.
Aku duduk berdua ditepi ranjang dengan Ening. Kubilang agar kita melakukan pemanasan supaya sama2 terangsang. Karena Ening menunggu, maka aku berinisiatif memainkan melakukan pemanasan. Saat kumainkan susunya dan itilnya ia memejamkan mata. Lalu saat kujilati itilnya, dia kaget. Aku berhenti. Setelah tenang, kujilati lagi vaginanya. Ening menikmati.
Lalu kubimbing tangannya memegang penisku. Dia mengangkat kepalanya untuk melihat penisku.
"punyamu gede..", kata Ening pelan.
"Supaya aku panas, tititku dielus2", aku minta Ening mengelus2. Dan Ening mengelus2. kelihatannya dia masih terkagum dengan ukuran penisku.
"Terus diemut, dihisap2", kataku. Ening diam.
"Kayak aku tadi, menghisap2 memek Ening", aku menjelaskan.
Agak ragu Ening menciumi penisku. Lalu memasukkan penisku kemulutnya dan dihisap2. Aku menggoyang2kan pantatku sehingga penisku masuk dan keluar mulutnya.
Ening menikmati dan selanjutnya mudah bagi kami untuk berhubungan seks. Aku coba beberapa posisi, aku diatas, Ening diatas, dari samping dan Ening nungging. Ening berkali2 mencapai puncak, sedangkan aku sekali.
Kami istirahat. sejam kemudian kuhampiri lagi Ening dan kuajak berhubungan lagi. Ening menyambut senang. Kali ini kami bermain di kamar mandi dengan berbagai posisi berdiri. Ening dan aku mencapai puncak. Dan kami beristirahat lagi.
Setelah Maman pulang, kami makan malam bersama. Lalu Maman minta aku menggauli istrinya lagi. Aku membimbing Ening ke kamar sedangkan Maman menunggu di ruang tamu. Selesai menggauli Maman masuk ke kamar dan kudengar suara suami istri yang sedang bergaul. Setelah itu Maman keluar, kami berbasa basi sebentar lalu aku pamit pulang.
Esoknya, aku sempatkan sekali lagi ke Bu Lia dan bersetubuh di pagi hari. Sedangkan sorenya kembali menyetubuhi Ening berkali2. Setelah itu malamnya Maman menggauli istrinya.
Seperempat jam menunggu, tidak ada tanda2 ada kelompok yang lewat. Kak Noni mulai kedinginan dan menggosok2kan kedua tangannya. Sebenarnya aku tidak merasa dingin, tapi melihatnya kedinginan, aku memeluknya untuk memberi kehangatan. Kak Noni kaget, tapi mendiamkan. Kucium pipinya, dia diam saja. Kurebahkan tubuhnya, lalu kucium bibirnya, dia juga diam saja. Akhirnya kuberanikan membuka jaket dan kancing bajunya, dan karena bhnya sudah dicopot, maka terlihatlah bukit mungil menantang. Remang2 terlihat putingnya berwarna coklat tua. Kubelai, kuremas, dan kuhisap susu dan putingnya. Tanganku meremas pinggangya yang padat. Dia benar2 atletis.
Kak Noni masih diam saja. Maka kucopot celana panjang dan celana pendek sehingga terlihatlah vaginanya. Pemandangan ini membuat penisku ngaceng dibalik sarung.Kubuka jaketku untuk alas bokong dan pahanya. Dan segera kubuka kaos oblongku. Kusingkap sarung sehingga penisku tampak ngaceng. Dan segera kutempelkan penisku di vaginanya
Kutindih tubuhnya dan kutatap matanya. Kak Noni menatapku tajam. Aku mencium kening pipi dan bibirnya sambil menggesek2an penisku ke vaginanya.
“Boleh?”, aku mohon izin untuk memasukkan penisku ke vaginanya. Kak Noni diam saja. Hanya suara jangkrik, kodok dan gemercik air yang terdengar. Aku menciumi susu ranumnya serta menghisap2 putingnya sambil tetap menggesek2kan penis ke vagina.
“Boleh?” aku mohon izin lagi. Kak Noni masih diam dan terpejam matanya. Kuturun lebih kebawah menciumi vaginanya, mencari itil dan lubang vagina dan menjilati. Kak Noni terpejam dan menghela nafas dalam. Kulakukan terus sampai dia mendesah2.
Lalu aku merangkak lagi ke susu lalu ke bibirnya dan terus menggesek2an penis ke vagina. Aku tak berani memasukkan penis tanpa izin pemilik vagina. Kak Noni terpejam dan mulai mendesah lebih kencang.
“Boleh?”, aku bertanya lagi. Kak Noni menatapku, lalu matanya terpejam, bibirnya tersenyum. Lalu… dia mengangguk pelan. Aku mencium keningnya
“Kak Noni, boleh?”, aku bertanya untuk meyakinkan anggukannya. Kak Noni tetap terpejam dan tersenyum, lalu mengangguk.
Aku mencium bibirnya, dan dia membalas dengan ciuman yang lebih hangat. Sambil mencium kuluruskan penisku ke lubang vaginanya. Kutekan pelan, dan .. blesss..penisku mulai masuk. Kak Noni terhenyak namun mulutnya tertutup ciumanku. Tanpa berhenti kutekan terus pantatku hingga perlahan tapi pasti, penisku terus masuk kedalam vaginanya, hingga ke ujung dalam vaginanya. Saat penisku menyentuh dinding dalam vaginanya, Kak Noni melepaskan ciuman dan berteriak kecil dan sedikit meringis “aahhh..”
Aku kaget, seharusnya dia tidak meringis kesakitan. Aku mengangkat pantatku untuk mengeluarkan penis dari dalam vagina. Kulihat sejenak. Karena gelap kunyalakan senter untuk melihat penisku. Ah, ternyata ada darah. Kak Noni masih perawan.
Aku diam sejenak, memandangnya. Tangan kak Noni segera mendekap pantatku dan menekankan sehingga penisku masuk kembali ke vaginanya. Bless.. ahh..aku mendiamkan penisku di vaginanya. Kak Noni berusaha menggoyangkan pantatnya. Melihat keinginannya, aku kembali menggoyangkan pantatku. Clep bless clep bless .. berulangkali penisku keluar masuk vaginanya. “aah.. aww..ahh.. mmph..”, Kak Noni selalu bersuara setiap kali penisku menancap.
Kami menikmati persetubuhan malam diluar, ditemani suara2 binatang air dan angin. Aku terus menggenjot dan Kak Noni terus mendesah2 dengan mulut tertutup dan terkadang mencium bibirku. Tak ada posisi lain selain aku diatas Kak Noni menindih dan menggenjot. Kak Noni tidak berinisiatif dan tidak mau merubah posisi. Berpuluh2 menit aku menggenjot sampai akhirnya Kak Noni memuncak dan mendekapku erat, lalu terlentang lemas. Aku mempercepat genjotan sehingga aku memuncak dan mengeluarkan mani. Sadar aku mengeluarkan mani, Kak Noni mendorong pinggangku dan aku segera mencabut penis lalu memuncratkan maniku di perutnya.
Kami berpelukan sejenak, lalu Kak Noni berdiri dan menarikku. Dia berjalan agak mengangkang dan sedikit tertatih dan terasa pegal karena sodokan penisku tadi. Dia membawaku ke parit kecil. Disana kami saling membersihkan bekas maniku, cairan vaginanya dan darah perawannya. Sekali lagi aku mengungkapkan kekagumanku atas tubuhnya yang sintal atletis. Kak Noni hanya tersenyum.
Hari itu MD tidak memberikan pelajaran, anak2 senang. Guru lain datang menitipkan buku dari MD berisi bahan pelajaran untuk disalin atau difotocopy. Sepulang sekolah, sebagai ketua kelas, terpaksa aku ke rumahnya untuk mengantarkan absensi siswa dan buku PR anak2 sekelas untuk diperiksanya. Aku belum tahu rumahnya, tetapi tak ada teman yang bisa menemaniku. Akhirnya aku berputar2 sedikit menanyakan alamat rumahnya. Ternyata rumahnya lumayan jauh dan asri di daerah yang tenang.
Seorang wanita tinggi putih membukakan pintu. Ini pasti istri MD, pikirku. Istrinya bilang bahwa MD belum pulang, biasanya sebentar lagi pulang dan aku dipersilahkan menunggu. Daripada bulak balik yang cukup jauh, lebih baik aku menunggunya pulang.
Istri MD ramah dan menyajikan minuman buatku, lalu kami mengobrol sambil menunggu MD pulang. Suasana ruang tamunya membuatku risih. Ada kalender bergambar wanita berbikini, lalu patung wanita bugil, sedangkan di lemari buku agak dalam terlihat judul buku tentang pendidikan seks. Saat aku menumpang pipis ke kamar mandi, dinding kamar mandi berhias beberapa gambar wanita yang boleh dikata bugil karena pakaian dan bikininya transparan.
“Bapak maniak perempuan ya Bu?”, aku memberanikan bertanya untuk mengungkap rasa penasaranku terhadap MD. Bu MD melihatku, kelihatannya dia ragu untuk menjawab.
“Ya, memang dia kelihatannya hiper”, katanya. “Di kamarnya gambarnya lebih vulgar lagi”.
“Masa sih?”, aku penasaran.
Bu MD berdiri membuka pintu salah satu kamar. “Lihat saja sendiri”
Ternyata benar, di dinding kamarnya berhamparan gambar wanita bugil. Di dinding kamar mandi dalam, malahan gambar pria dan wanita sedang berhubungan seks. Lalu satu gambar close up penis sedang masuk ke vagina.
“Kok bisa dapat gambar seperti ini”, tanyaku
“Waktu dinas ke luar negeri, Bapak beli banyak buku porno”, jawab Bu MD
“Wah, ibu beruntung dong, punya suami yang hiperseks”, kataku
“hipernya dia itu bikin ibu risih, karena kalau dijalan matanya melirik kesana kemari mencari wanita cantik. Memang sih, bapak sering mengajak ibu berhubungan seks. Kadang2 sehari bisa beberapa kali. Tetapi karena energinya habis untuk fantasi dan menghayal, pas berhubungan cuma sebentar. Tidak sampai sepuluh menit dia sudah keluar. Dia asyik dengan dunianya sendiri”, Bu MD menunjukkan rasa kesal. Aku kaget dia bercerita itu kepadaku, mungkin saking kesalnya dia mengeluarkan isi hatinya.
“Jadi.. ibu belum pernah sampai orgasme?”, tanyaku hati2
“Belum”, jawabnya
“Kenapa tidak masturbasi saja?”, aku masih hati2 bertanya
“Iih ngapain? Mana enak..?”, katanya.
“Boleh saya bantu masturbasi Bu?”. Aduh! Kenapa aku bertanya begitu.
Bu MD melihatku. Dia berdiri dan berjalan kebelakang. Minum segelas air putih. Diam sejenak. Lalu kembali menemuiku. “Kalau kamu bisa, boleh..”, katanya pelan.
Aku kaget tapi senang. Bu MD memang benar2 putih dan tinggi.
Aku berdiri menghampirinya.”Harus pemanasan dulu Bu”, kataku.
“Ya, Ibu tahu”, katanya pelan.
Maka segera aku tuntun dia untuk merebahkan diri di lantai. Lalu mulai kulakukan pemanasan dengan mencium dan mempermainkan susu2nya. Dada dan susunya terlihat putih dengan puting merah muda. Saat kuhisap susunya, dia memejamkan mata. Saat itulah tanganku mulai bergerilya menyusup ke celana dalamnya, membelai sebentar lalu mencoba mencari itilnya. Bu MD menikmati sekali hisapan susu dan sentuhan itil. Cukup lama aku melakukan hal ini dan Bu MD mulai mendesah2.
Akhirnya aku copot celana dalamnya dan terlihatlah vagina merah muda merekah, dengan itilnya yang juga merah muda. Setelah menikmati pemandangan itu, aku dekatkan kepalaku mencium vaginanya. Menjulurkan lidah untuk menjilati vagina dan lubang vaginanya yang mulai basah. “aahh..” Bu MD mengerang cukup keras. Lama juga kujilati lidahnya dan dia masih terus menikmati.
“Ibu belum orgasme?”, aku bertanya. Dia menggelengkan kepalanya. Aku bingung.
“Tapi bapak sudah mau pulang”, aku takut bila terlalu lama Pak MD keburu pulang.
“Bapak pulangnya nanti sore, ada urusan ke departemen terus ke PGRI”, katanya sambil terengah2. Lho? Tadi pas aku datang disuruh nunggu karena sebentar lagi pak MD pulang, sekarang bilang masih lama. Jangan2 aku dijebak. Tapi peduli amat. Lagian penisku sudah ngaceng. Maka segera kucopot celana dan kuarahkan penis ke vagina Bu MD.
Bless.. penisku masuk ke vaginanya. Tanpa basa basi langsung kugenjot. Ternyata Bu MD balas menggenjot. Dan tak berapa lama aku digulingkan lalu dia duduk diatasku. Bu MD sangat agresif dan menggoyangkan pinggulnya dengan liar. Penisku seperti diputar2. Aku tak bergerak, hanya tanganku meraba dan meremas susunya.
“Aa.. aa.. aaahhh..”, Bu MD mengerang panjang menunjukkan bahwa dia sudah orgasme. Lalu tertelungkup diatasku. Segera kubalik dan kutindih tubuhnya, lalu kugenjot. Dengan sisa tenaga, bu MD coba menggoyangkan pinggul. Aku semakin terangsang dan mempercepat genjotan hingga maniku keluar. Ahh..
karena sudah lama tidak keluar, kurasakan maniku begitu kental dan banyak keluar di dalam vagina Bu MD. dan Bu MD mengangkat pinggulnya agar maniku tertumpah di ujung paling dalam lubang vaginanya.
“Terimakasih Dik, akhirnya ibu bisa merasakan nikmatnya ejakulasi”, katanya lemas dan puas
“Sama-sama bu”, jawabku sambil terus menciumi leher dan terkadang susunya.
Waktu itu Pak Darman harus mengikuti penataran dari Dinas Pendidikan, yang dilaksanakan setiap selasa dan kamis siang, selama sebulan. Sehingga kursus matematika yang diadakan pada hari2 itu tak bisa terlaksana. Pak Darman menawarkan aku menjadi pengganti sementara untuk mengisi kursus itu. Yang hari selasa adalah kursus matematika untuk anak kelas 3 SMP, sedangkan yang kamis adalah untuk anak kelas 1 SMA. Aku setuju dan dua kali seminggu memberi kursus matematika pada mereka.
Pada Selasa minggu kedua, seusai memberi kursus matematika, sekitar 20an peserta kursus berhamburan keluar, kecuali empat siswi. Salah seorang dari mereka, Vira, menghampiriku, “Kakak bisa kasih kursus biologi?”, tanyanya.
“Bisa saja. Tapi biologi kan gampang, cuma hapalan, tidak perlu kursus”, kataku sambil membereskan bahan pelajaran.
“Sekarang topiknya tentang perkembang biakan. Kami susah pahamnya”, kata Vira.
Aku melihat mereka semua. “Memangnya semua tidak ngerti?” tanyaku.
“Susah Kak”, kata mereka hampir serempak.
“Oke deh. Kakak siapkan bahannya dulu. Minggu depan setelah kursus matematika, kita lanjut dengan kursus Biologi disini”, jawabku
“Kalau hari kamis bisa nggak Kak? Kalau gak bisa disini, di rumah Ranti juga boleh, dia punya kamar belajar”, kata Vira
“Oke deh. Aku tanya ke Pak Darman, kalau bisa disini, disini saja”, kataku.
“Ini bahan pelajarannya Kak”, Vira memberikan buku Aku Ingin Punya Adik. Lalu kami pulang kerumah masing2.
Sampai dirumah kubaca buku yang diberi Vira. Astaga, ini sih buku tentang reproduksi manusia. Menjelaskan bentuk dan fungsi alat kelamin ayah dan ibu, lalu bagaimana ayah berhubungan dengan ibu, lalu ibu mengandung dan melahirkan, lalu menyusui anaknya, lalu membesarkan dan menjadi adik. Gambar2nya sangat gamblang. Mungkin belum cocok untuk anak SMP. Tetapi bila kuingat, waktu SMP aku sudah menonton film porno, dan sudah mendapat pelajaran seks.
Hari kamis setelah memberi kursus matematika untuk kelas 1 SMA, Vira datang ke rumah Pak Darman menemuiku. “Kak ada 3 orang lagi yang mau ikutan kursus biologi. Jadi kursusnya di rumah Ranti saja. Mereka sudah menunggu disana”, katanya lalu menjelaskan alamat dan jalan menuju rumah Ranti.
Kedatanganku ke rumah Ranti disambut Vira dan diantar ke salah satu ruang yang katanya ruang serbaguna keluarga. Disana telah ada 7 siswi duduk lesehan di karpet, 4 anak kelas 3 SMP dan 3 lagi anak kelas 2 SMP Katanya sih mereka satu geng. Selebihnya aku merasakan suasana sepi di rumah itu. Saat kutanya, ternyata memang Ranti anak tunggal dan orangtuanya sedang ke Medan, sedangkan beberapa temannya menginap menemani Ranti. Merasa tidak enak, aku bermaksud membatalkan kursus tetapi ditahan oleh mereka. “Please..”. “Iya, please Kak..”, kata mereka. Akhirnya aku mengalah.
“Jelasin yang sejelas2nya ya Kak. Soalnya ada yang sudah punya pacar nih”, kata Beti, salah satu dari mereka. Maka aku mulai menjelaskan mengenai proses perkembang biakan manusia. Mereka menyimak ceritaku dan visualisasinya. Dan setelah itu, seperti biasa, aku mempersilahkan mereka untuk bertanya kalau ada yang belum jelas.
“Apakah kami ada yang sudah bisa hamil?” tanya Eti.
Aku suruh mereka berjejer dari kiri ke kanan berurutan dari yang paling muda sampai yang paling tua. Ternyata umur mereka antara 13 sampai 15 tahun. Vira yang paling senior, 15 tahun kurang 4 bulan. Intan yang paling muda, 13 tahun lebih 3 bulan. Tetapi secara fisik, Beti yang paling kecil. Kutanya apakah ada yang sudah menstruasi, mereka menjawab sudah semua. Apakah mereka suka sama cowok, dijawab suka semua, dan tersebutlah nama2 bintang film dan penyanyi idola dalam negeri dan luar negeri. Belakangan ini mereka memang mendapat pendidikan pengenalan seks, makanya mereka ingin tahu lebih dalam lewat kursus ini.
“Apakah ada yang sudah terangsang untuk berhubungan seks?”, aku bertanya lagi. Mereka saling memandang, jawaban mereka beragam “Iya kali ya”, “Nggak tahu”, “Nggak kayaknya”.
“Bagaimana tandanya orang terangsang?” tanya Vira.
Aku menghampiri Vira, kupegang wajahnya dan kucium bibirnya. Vira gelagapan, yang lain melongo. “Bagaimana rasanya?”, tanyaku. Vira belum bisa menjawab. “Sekarang tutup matamu, nanti kakak cium lagi”.
Vira menutup mata lalu kucium lagi bibirnya, agak lama. Siswi yang lain melongo lagi dan memperhatikan. Kudengar nafas Vira mulai cepat dan jantungnya berdetak, maka kuhentikan ciuman. “Bagaimana rasanya?”
“Deg degan”, kata Vira.
“Nah itulah tanda terangsang. sekarang yang lain gantian. Nanti kakak cium. Yang dicium menutup mata, yang tidak dicium boleh melihat bagaimana cara ciuman. Jadi nanti kita tahu siapa yang bisa terangsang”, kataku. Maka mulailah aku menciumi bibir 6 siswi lainnya satu persatu. Asyik juga mencium beraneka bentuk bibir dan reaksi mereka berbeda-beda. Dan mereka tampak bersemangat dan jantungnya berdegup kencang.
“Ferina sudah punya pacar dan pernah ciuman ya?”, aku menyimpulkan karena cara ia menerima ciuman dan membalas menunjukkan bahwa dia pernah berciuman. Ferina mengiyakan.
Selesai menciumi 7 siswi, Vira bertanya, “Terus apa Kak?”
“Tanda cewek yang terangsang itu terlihat dari pentil susunya yang mengeras”, kataku. Mereka saling memandang dan memegang susu masing2. Aku segera menghampiri Vira, “Coba lihat susumu”, kataku. Vira ragu. “Katanya mau tahu terusannya”, aku memancing. Dan akhirnya Vira membuka kancing bajunya dan menyingkapkan bh putihnya, lalu tampaklah kedua susunya. Besarnya sekepalan tangannya, ukuran yang pas untuk usianya. Kulitnya coklat muda dan putingnya kecil berwarna coklat.
“Sekarang Kakak coba merangsang susu. Vira boleh melek boleh juga merem supaya lebih terangsang”, kataku. Vira memilih merem. Maka kuelus2 kedua susunya yang sudah mulai membesar, kumainkan pentil susunya dengan jariku. Selanjutnya kuciumi susu2 itu, kujilati, lalu kumainkan pentilnya dengan mulutku dan kuhisap2. Degup jantung Vira semakin mengencang. “Nah ini tandanya Vira terangsang”, kataku.
Siswi lain terdiam terpaku melihatku menciumi susu Vira, sebagian menelan ludah. Lalu kusuruh siswi lainnya menunjukkan susunya. Ada yang malu2 karena merasa ukurannya kecil. Kukatakan ukuran susu tidak mempengaruhi rangsangan, tetapi sensor rangsangan ada di kulit susu dan di pentilnya. Akhirnya mereka membuka baju dan menyingkap bh, sebagian siswi yang susunya baru tumbuh tidak memakai bh dan hanya memakai kaos dalam top tank.
Aku menikmati pemandangan susu yang ukurannya beragam, tetapi semua masih kecil, hanya ada 2 siswi yang susunya lebih besar dari Vira, yaitu susu Ferina dan susu Ratna. Warna pentilnya juga beraneka, ada yang agak pink ada juga coklat kehitam2an. Lalu kulakukan hal yang sama kepada mereka, mengelus, meremas, mencium dan menghisap.
Lucu juga menggengam dan menghisap susu yang keci. Baru kubuka mulut, seluruh bagian susu sudah masuk kedalamnya. Lidahku memainkan pentil susu yang ada didalam mulutku. Kucoba menghisap sekuat mungkin agar pentil susunya mancung mengeras. Hasilnya, mereka semua menjadi deg2an tak keruan. Tentu saja mereka terangsang karena mereka semua sudah mens, yang artinya memang sudah bisa terangsang.
“Kalian semua ternyata sudah bisa terangsang, jadi kalian semua bisa hamil. Demikian pelajaran biologi hari ini”, kataku menyimpulkan.
Karena masih terangsang dan bergairah, mereka minta untuk diteruskan pelajarannya. “Masa cuma ngemut susu bisa hamil?”, Ferina bertanya sekaligus protes.
“Maksudnya?”, tanyaku.
“Kan harus ada alat kelamin baru bisa hamil”, sahutnya, didukung oleh yang lain.
“Betul. selain susu, tanda cewek terangsang juga terlihat di memeknya. Memek yang terangsang dan siap dihamili adalah memek yang basah dan merekah”, jawabku.
“Coba lihat punya masing2”. Aku minta mereka untuk menunjukkan vagina. Mereka ragu2, dan selalu Vira dulu yang berinisiatif. Ia menyingkap rok dan memelorotkan celana dalamnya sedikit. Yang lain mengikuti, ada yang mengangkat rok dan menyingkap celana dalam, ada yang memelorotkan celana dan menyingkap celana dalam.
Lalu kusuruh Vira untuk merebahkan diri dan mengangkat kedua kakinya, sehingga vaginanya terlihat jelas. Aku mengamati vaginanya. “Tuh lihat, memek Vira sudah basah dan sudah agak merekah sehingga terlihat itil dan lubang memeknya”, aku menjelaskan dan siswi2 itu melihat vagina Vira.
“Sekarang coba kakak lihat yang lainnya”. Maka mereka semua merebahkan diri terlentang dan mengangkat kakinya keatas. Aku memperhatikan satu persatu vagina mereka. Vagina2 itu masih mungil2 dan belum banyak bulunya. Warna vaginanya bermacam2 dari pink hingga hitam. Tebal bibirnyapun bermacam2. Aku menyimpulkan, Vira yang paling siap, yang banyak cairannya dan vaginanya sudah membuka sendiri. Sedangkan Intan yang paling kurang siap. Kuminta Vira dan Intan berjejer dan menyuruh siswi2 itu untuk melihat dan membandingkan vagina yang paling siap dan yang kurang siap.
“Kalau yang belum siap, gimana supaya bisa siap?” , mereka bertanya.
“Ya harus dirangsang lagi sampai siap”, jawabku
“Caranya?” tanya mereka ingin tahu.
Karena vagina Intan yang belum siap maka kusuruh ia terlentang lagi. Melihat posisi celana dalam yang masih dipaha dapat mengganggu praktek, kuminta Intan mencopot celana dalamnya, lalu roknya disingkap keperut. Paha Intan merapat menutupi vaginanya, kuminta kakinya untuk dibuka. Aku segera menghampiri selangkangan Intan dan kuminta yang lain memperhatikan.
Lalu mulailah aku merangsang vagina Intan. Mulai dari membelai bulu dan bibir vagina, mencari dan memainkan itil, menciumi vagina dan menjilati seluruh bagian vagina. Intan merem melek dan mendesah “Aww.. ahh..”. “Intan kenapa? enak ya?”, yang lain bertanya. Kakinya menutup menjepit kepalaku. Kurenggangkan lagi agar terlihat oleh semua siswi. Para siswi melihat dengan berbagai reaksi, ada yang jijik ada juga yang pingin.
“Nah sekarang memek Intan sudah siap. Coba sekarang Beti. Copot dulu celana dalamnya”. Kulakukan hal yang sama terhadap Beti dan supaya adil kumainkan juga vagina siswi lainnya. Lidahku menyapu itil yang besarnya berbeda. Itil Beti paling besar dan itil Ferina paling kecil. Lidahku juga merasakan cairan asin vagina yang berbeda2.
Mereka semua sudah mabuk kepayang dan bergairah. “Kalau yang punya laki2, bagaimana terangsangnya?”, tanya Vira. Aku mengangkat bahu yang berarti tidak mau menjawab.
“Kakak curang, mana bisa perempuan hamil tanpa laki2”, kata mereka.
Akhirnya aku mencopot celana dan terlihat dibalik celana pendekku penis yang mulai terangsang. Siswi2 itu melihat serius dan menungguku memelorotkan celana pendek. “Ada yang sudah pernah melihat kontol?”, mereka menggeleng. “Cuma digambar”, kata Vira.
Aku copot celana pendek dan tampaklah penisku. “Woww..”, siswi2 itu bergumam.
“kok nggak ngaceng?”, Ratna bertanya. “Harus dirangsang”, kataku. “Bagaimana caranya?”, tanya Eti. “Dielus2 dan dicium”, kataku. Tiba2 semua siswi maju ingin mengelus penisku. “Gantian dong”, kataku. Mereka bergantian mengelus dan mencium penisku. Lama2 penisku membesar dan tegang. “Woww..”, mereka bergumam lagi.
“Tadi kakak menjilati memek kami, jadi kontol kakak juga boleh dijilat ya?”, Vira agresif bertanya.
“Ya, boleh dijilat dan diemut. Siapa mau duluan”, aku menantang dan Vira duluan meraih penisku menjilatinya lalu mengemutnya. Lalu yang lain bergantian.
“Ada asinnya”, kata Beti. “itu tandanya kontol kakak sudah terangsang dan sudah siap”, aku menjelaskan.
“Siap apa?”, tanya Intan. “Siap berhubungan seks”, jawabku. “Bagaimana caranya?”, tanya Vira memancing2
“Bagaimana kalau kita bugil semua”, aku mulai mencopot seluruh pakaianku. Lalu Vira bugil, lalu yang lain akhirnya mengikuti bugil.
Kusuruh lagi Vira tidur terlentang, aku mendekatinya, merangkak diatas tubuhnya. Jantung Vira berdegup kencang. Siswi yang lain melihat penuh ketegangan. lalu kutindih tubuhnya, semua siswi seperti menahan napasnya, melihat pemandangan laki2 bugil menghimpit wanita bugil. Kucium bibir Vira dan susunya. Vira merem melek dan jantungnya berdetak kencang.
Lalu kuluruskan penis ke vaginanya, kurenggangkan sedikit pahaku agar penisku dan vagina Vira bisa dilihat. Kusuruh siswi2 itu untuk melihat posisi penis dan vagina. Aku meraba lubang vagina Vira, ”Ini lubang memek. Waktu berhubungan seks, kontol dimasukkan ke lubang ini. Dengan posisi ujung kontol persis di lobang memek, tinggal didorong maka kontol akan masuk memek, lalu terjadilah hubungan seks, seperti penjelasan dalam buku”.
Aku menggoyang sedikit pantatku sekali sehingga menggesek bibir vagina dan itilnya. Dia menahan napas. Lalu aku beranjak dan berdiri meninggalkan Vira yang terlihat mulai berkeringat.
“Sekarang gantian yang lain”, aku memandang mereka. Intan segera merebahkan diri terlentang, ingin praktek duluan. Aku merayap diatas Intan dan menindihnya. Intan memejamkan mata dengan jantung yang juga bergetar kencang. Aku merenggangkan paha, “Coba ambil kontol kakak lalu tempelkan ke lubang vagina Intan”. Ranti meraih penisku dan diarahkan ke vagina Intan. Aku memberi aba2 untuk agak kebawah sedikit. Kugesek sekali.
Lalu gantian siswi lainnya kutindih satu persatu dan kutempelkan ujung penis kelubang vagina masing2, lalu digesekkan sekali. Setelah itu mereka terlentang semua, menunggu tindakanku.
“Nah dalam buku itu ada orgasme. Kakak akan ajarin bagaimana rasanya orgasme. Ayo Vira duluan lagi”, kataku.
Kembali, mulai dari Vira aku menindih dan menempelkan penis ke vagina. Lalu aku mulai menggenjot pinggulku dan menggesek2an penisku di vaginanya dan juga menggesek2 itilnya. Aku menggenjot berulang2 sambil meremas susu dan sekali2 mencium dan menghisap susunya.
Vira mendesah2 “ahh..ahh.ahh”. Karena memang sudah terangsang dari tadi, Vira segera orgasme. “a a a aahh..”, vira mengerang panjang dan memelukku erat “enak banget”, katanya pada teman2nya. Melihat Vira mencapai puncak yang lain semakin terangsang dan ingin orgasme juga.
Satu persatu kutindih dan kugesek2kan penis ke vaginanya. Beragam cara mereka mendesah nikmat dan beragam cara mereka mengerang mencapai orgasme. Lalu semua terlentang kecapean sambil saling tersenyum dan tertawa kecil. Aku sendiri juga merasakan nikmatnya menindih berbagai ukuran badan siswi2 itu, dan ingin juga mencapai puncak orgasme.
“Supaya terjadi pembuahan, yang laki2 juga orgasme. sekarang dicontohkan bagaimana kakak orgasme”, kataku. Kuminta Vira terlentang lagi dan kucumbu Vira seperti berhubungan seks, tetapi penisku hanya menggesek di vaginanya. Vira terangsang lagi akupun terangsang, kuteruskan dan kupercepat genjotanku. Sampai akhirnya aku merasa akan mengeluarkan mani. Segera kuangkat penisku dan kukocok dengan tangan.
“Lihat. Sebentar lagi kakak orgasme dan keluar mani”, mereka segera bangkit dari rebahnya dan memperhatikan penisku. Segera kukocok penis dengan cepat, dan .. crot..crot..crot.. maniku berhamburan di perut Vira. “Woww..” mereka terpana melihat mani keluar dari penis. Lalu memegang2 maniku yang putih kental.
Aku lemas, tapi berusaha menjelaskan sambil terengah2, “Nah, kalau air mani ini masuk ke memek kalian, kalian bisa hamil, bisa menjadi anak. Jadi hati2 jangan sampai hamil”.
“Kami masih perawan kan?”, tanya Intan. “Iya, karena tadi kontol kakak tidak masuk memek. Dan tidak ada darah perawan yang pecah”, aku menenangkannya.
“Terimakasih kakak”, kata Intan memeluk dan mencium pipiku. Yang lain ikut2an mengucapkan terimakasih, memeluk dan menciumku.
“Ayo, Sekarang semua membersihkan memek. Vira juga harus mengguyur mani diperut”, kataku.
Akhirnya kami putuskan untuk datang ke rumahnya. Berlima kami ke rumahnya. Disambut hangat oleh Bu Neni. Kami melaporkan kegiatan kelas dari segi aktivitas kelas, sampai tabungan kelas, serta persiapan jalan2 kelas disaat libur sebelum pembagian rapot kenaikan kelas nanti. Lalu kami juga menyampaikan kembali rasa takut apabila nilai kimia kami rendah atau merah. Sekali lagi Bu Neni menenangkan kami. Nilai rendah adalah untuk memacu semangat belajar. Terus terang aku jadi sebel melihat sikapnya ini.
Setelah ngobrol banyak hal, kami pamit pulang dan melanjutkan pembahasan di rumah ketua kelas. Saat kami hendak merekap kegiatan kelas di rumah ketua kelas, buku kas kelas ketinggalan. Karena sebel dengan Bu Neni, tak ada yang mau kembali kerumahnya. Akhirnya ketua kelas memutuskan dan menyuruhku mengambil buku kas kelas di Bu Neni. Saat kuketuk pintu tak ada yang menyahut, mungkin Bu Neni sedang pergi. Saat kucek pintunya ternyata terbuka dan kulihat buku kas kelas ada di meja tamu.
Aku masuk mengambil buku kas kelas. Saat itu kudengar suara tivi dikamar Bu Neni. O, pantas Bu Neni tidak mendengar suara ketukan karena sedang asyik nonton tivi. Melihat pintu kamarnya terbuka, aku menuju kamarnya untuk minta izin ambil buku. Ups, aku melihat pemandangan luar biasa. Ternyata di dalam kamar Bu Neni sedang bugil mendesah sendirian sambil nonton film porno. Sambil duduk dilantai tepi kasur, tangan Bu Neni meremas susu dan vaginanya sendiri. Walaupun agak kurus, tetapi susu Bu Neni besar, sedangkan vaginanya tertutup bulu jembut yang lebat mulai dari bibir vagina melebar hingga kebagian perutnya.
Karena masih sebel dengan Bu Neni, aku segera pergi. Tetapi tiba2 aku berubah pikiran. Justru karena sebel, sebaiknya aku ngerjain Bu Neni. Maka kukunci pintu rumah Bu Neni, lalu aku mencopot seluruh pakaianku, dan dalam keadaan bugil aku mengendap masuk kamar. Posisi Bu Neni sedang tidur menghadap tivi dengan tangan masih memainkan susu dan vaginanya. Aku terangsang melihat adegan film porno dan tubuh bugil Bu Neni, lalu mengocok penis agar cepat ngaceng.
Aku mendekat dan ikut merebahkan diri dibelakang Bu Neni dengan posisi penis yang sudah terarah ke vaginanya. Tanganku menggapai vaginanya. Bu Neni kaget dan ingin berbalik. Kutahan gerakan badannya, segera tanganku membuka pahanya, dan penisku mengarah kevaginanya. Kudorong pantatku dan ..clepss.. karena vagina Bu Neni sudah basah maka mudah bagi penisku masuk ke dalamnya. “Aawwhh..” bu Neni berteriak. Lalu kubiarkan ia melihatku.
“Jar.. kamu..”, bu Neni kaget melihat aku. Tubuhnya kuterlentangkan dan segera menindihnya. Penisku dengan cepat mencari lubang vaginanya, dan tanpa membuang2 waktu kutancapkan penis memasuki lubang. Blesss.. cukup dalam untuk mencapai dasar vaginanya. “Awwhh.. Bu Neni berteriak lagi “pelan-pelan..” rintihnya. Aku mulai menggenjot pantat naik turun pelan2. Bu Neni memandangku, mulutnya terbuka bersuara ahh ahh… Kulihat dia masih kaget tapi dia juga sedang bergairah. Mau marah tapi nikmat.
Aku tidak berhenti menggenjot, malah menambah dengan ciuman ke susunya. Bu Neni memejamkan mata, mulutnya tertutup. Terlihat ada air menitik dari matanya. Aku menghentikan genjotan. Bu Neni membuka matanya yang berlinang. “Teruskan..”katanya pelan. Maka aku kembali meneruskan genjotan, Bu Neni memeluk punggungku dengan erat. Kuberanikan mencium bibirnya dan dia membalas.
Tak lama kemudian dia mengejang dan meremas punggungku. Aku semakin bernafsu menggenjot.
“Aku mau keluar Bu… Di dalam atau diluar?..” tanyaku sambil terus menggenjot
“Di dalam saja”, kata Bu Neni.
Kupercepat genjotan dan crot.. crot..crot..crot. sambil menggenjot, penisku memuncratkan banyak air mani di dalam vagina Bu Neni. “Uhh.. uuuhhh..”Kucoba mengeluarkan mani sebanyak mungkin, lalu aku terkulai lemas diatas tubuhnya. Kubiarkan penisku didalam vaginanya. Bu Neni mendekapku, airmatanya semakin banyak. Aku merasa bersalah. Yang tadinya aku sebel sama dia, sekarang menjadi kasihan.
“Ibu menangis?”, tanyaku.
“Ini seks pertama Ibu”, katanya berusaha tersenyum.
Aku kaget, segera aku cabut penis yang masih mendekam didalam vaginanya. Dan kulihat ada darah dan mani di penisku, ada darah dan mani di vagina Bu Neni dan juga di lantai. Aku tertunduk lemas, tak tahu mau berkata apa. Tadinya karena nonton bf, kukira Bu Neni sudah pernah berhubungan seks.
Bu Neni berdiri mengambil celana dalamnya dan membersihkan darah dan mani di vaginanya. Ia mengambil plastik dan menyimpan celana dalam kotor itu dalam plastik. Lalu ia mengambil kain pel untuk membersihkan lantai. Dan kemudian menuju kamar mandi. Selesai mandi dia menyuruhku untuk membersihkan diri sambil mematikan film porno.
Bu Neni membuka pintu rumahnya dan duduk menungguku di ruang tamu. Setelah berpakaian akupun duduk di kursi tamu.
“Jar, seharusnya Ibu menuntut pertanggungan jawabmu karena telah menyetubuhi Ibu. Tetapi ibu pikir2, masa depanmu masih panjang. Jadi Ibu menganggap peristiwa ini adalah kecelakaan. Kamu terus belajar dan capai cita2mu”, Bu Neni menasehatiku.
Aku minta maaf pada Bu Neni. Lalu kusampaikan tujuanku kerumahnya. Setelah itu aku pamit dengan membawa buku kas kelas. Di rumah ketua kelas, teman2 marah karena telah lama menungguku.
“Pasti diceramahin lagi ya? Tentang apa?”, kata temanku.
“Ngobrolin tentang cita2ku kedepan?”, kataku sekenanya.
Sejak kejadian itu Bu Neni lebih banyak tersenyum, dan nilai kimia kami membaik. Perubahan sikap Bu Neni membuat seorang duda tertarik, lalu mendekatinya dan menikahinya. Bu Neni pindah ke rumah suaminya dan sempat mengundang kami untuk makan2 dirumahnya bersama suami dan satu anak tirinya.
Pada kesempatan itu aku sempat ngobrol berdua dengan Bu Neni. Dia mengucapkan terimakasih. Karena kejadian itu dia jadi termotivasi untuk berubah. Setiap dia kembali judes, dia ambil plastik yang didalamnya ada celana dalam yang masih tersisa bercak darah perawan dan mani yang sudah kering. Lalu dia termotivasi kembali.
“Memangnya plastik itu tidak ketahuan suami?”, tanyaku.
“Sebelum pernikahan kemarin, plastik itu sudah Ibu buang”, katanya tertawa. Aduh cerianya Ibu guruku..
Di rumah Bu Neni, awalnya dia minta tolong merapikan PR kimia anak2 kelas satu".
“Setelah itu dia bertindak sebagai guru BP. Dia bilang BP dilakukan di rumah karena masalah sensitif. Dia tahu hubungan aku dengan Wandi. Dia periksa tasku, dan dua kondom di dompetku ketahuan sama Bu Neni. Dia juga bilang bahwa pernah memergoki aku beberapa kali sekamar berdua Randi. Dan dia sudah memanggil Wandi ke ruang BP tadi. Aku nggak bisa menghindar dan mengakui. Terus dia bilang aku dan Wandi bisa dikeluarkan dari sekolah”. Sambil kuantar pulang dengan motor, Sari semakin terisak. Aku coba tenangkan dia bahwa aku akan bicara sama Bu Neni.
Setelah mengantar Sari, aku langsung ke Bu Neni. Di rumahnya dia sedang ceria, katanya baru terima telpon dari calon suaminya, ngomongin masalah pernikahan. Aku senang melihat dia gembira. Lalu Bu Neni mempersilahkan aku masuk. Aku sedikit bertanya tentang calon suaminya dan dengan semangat Bu Neni bercerita tentang status duda beranak satu, Bu Neni sudah akrab dengan anak dan keluarga besar calon suami. Dia merasa cocok dengan sikap dan kebaikan calon suami.
“Ibu sedang dimabuk asmara ya?. Sama dong sama Wandi dan Sari yang sedang dimabuk asmara”, aku mulai masuk ke permasalahan. Bu Neni kaget dan berargumen bahwa mereka telah berhubungan melebihi batas yang belum boleh untuk anak seumur mereka.
Aku sampaikan bahwa aku juga pernah berhubungan seks dengan Bu Neni. Dan menurutku Wandi dan Sari masih menjaga diri. Mereka tidak mempertontonkan tindakan melampaui batas di sekolah dan di lingkungan sekolah. Perbuatan mesum mereka lakukan jauh di luar kota atau di kota Padang. Mereka berhubungan seks dengan aman karena memakai kondom, mereka tidak mau Sari hamil.
Cukup lama aku mencoba memberi pengertian. Bu Neni ingin menegakkan aturan, tetapi dia sendiri sebenarnya melanggar aturan, karena punya video porno dan bernah berhubungan seks dengan aku muridnya. Aku menekankan bahwa apa yg telah terjadi, yg penting terjaga rahasia, tidak mempengaruhi orang dan tidak diulang lagi. Seperti aku, Wandi dan Sari masih punya masa depan, dan kita tidak boleh mematahkan semangat masa depan mereka.
Bu Neni memahami maksudku dan memahami posisinya, “Baiklah. Jaga rahasia aib orang. Dan beri kesempatan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Rahasia Wandi dan Sari ada pada kita, dan ibu tidak akan menghukum mereka asal mereka tidak melakukan lagi.. Dan kalau ketahuan satu kali lagi, maka tiada maaf”. Bu Neni menyimpulkan sekaligus mengingatkanku.
Aku mengucapkan terimakasih dan merencanakan besok siang aku, Wandi dan Sari akan ke rumah Bu Neni untuk menyelesaikan hal ini. Lalu kami cerita2 lagi tentang masa muda Bu Neni. Aku pamit dan Bu Neni memeluk dan menepuk pundakku. “Kamu cukup bijaksana”, katanya. Aku ge-er.
Besoknya kami ke rumah Bu Neni dan semua permasalahan jadi beres. Wandi dan Sari dapat nasehat panjang dari Bu Neni. Dan Bu Neni bilang bahwa dia punya mata2 untuk mengawasi Wandi dan Sari. Setelah semua masalah diselesaikan, Bu Neni minta tolong untuk membantu memeriksa PR kimia anak kelas satu. Aku dan Sari membantu, sedangkan Wandi pulang karena ada kerjaan di rumah.
Tak berapa lama, Bu Neni mendapat telpon dari calon suaminya. Bu Neni pergi urusan calon suami dan meminta kami meneruskan kerjaan.
“Terimakasih ya Jar, telah menyelamatkan masa depanku”, kata Sari
“That is what friend are for. Kamu berdua sahabatku”, kataku belagak bahasa Inggris.
Sari melihat keluar jendela dan bertanya dengan suara pelan, “Aku heran, kok kamu bisa mempengaruhi Bu Neni?”. Aku hanya tersenyum, “Aku cuma berusaha jadi siswa yang baik saja”. Sari terlihat kurang puas. Aku tetap diam sambil terus menyelesaikan tugas.
“Bagaimana aku membalas jasamu ini? Kutraktir makan saja ya?”, Sari menawarkan. Aku bilang boleh saja.
“Tapi kayaknya kurang deh kalau cuma makan. Tambah nonton deh..”, katanya tertawa.
“Nggak usah makan, nggak usah nonton. Bagaimana kalau cium?!”, kataku meledek. Sari berhenti bekerja dan memandangku.
“Kenapa?”, aku tertawa.
Sari menghampiriku lalu tiba2 mencium bibirku dan aku terdorong rebah.
”Sari.?.”, kataku, tapi tetap menerima ciumannya. Sari melepaskan ciumannya dan menatapku yang terlentang di lantai. Lalu mencium bibirku lagi. Aku biarkan dia menciumku. Lama-lama aku terangsang dan secara reflek tanganku menggerayang dadanya. Menyusup kebalik baju dan mencari susunya.
Sari tak peduli, badannya dimiringkan untuk memudahkan tanganku mencari susu. Bahkan tangannya membantu menyingkap bh sehingga dengan mudah aku meremas dan memainkan susunya. Sambil menciumku, tangan Sari mencari letak penis di balik celana dan meremas2 penisku.
“Sari?”, aku coba menyadarkannya, tapi aku sendiri jadi terangsang dan penisku ngaceng. Aku membalas menyingkap rok dan menyelinapkan tanganku kebalik celana dalamnya dan memainkan vaginanya.
Sari memelorotkan sedikit celanaku sehingga penisku menyembul keluar dalam keadaan ngaceng. Lalu dia duduk diatas perutku. Tanpa mencopot rok dan celana dalam, Sari menyingkap sisi celana dalamnya sehingga vaginanya mengintip.
“Sari?”, aku masih ragu. Tapi tak ada waktu untuk bertanya, tangan Sari meraih penisku, meluruskan ke vaginanya dan bless.. penisku masuk ke vaginanya.
“Sari..”, aku berada di dua kebimbangan. Sari adalah sahabatku. Wandi pacarnya Sari, juga sahabatku. Sulit bagiku untuk bersetubuh dengan Sari. Tapi disisi lain nafsu seks membuatku terangsang dan bergairah, aku jadi tak ingin dia berhenti.
Sari terus menggenjot. Saat asyik menggenjot, terdengar pintu pagar di buka dan terlihat Bu Neni pulang. Dengan cepat Sari mengeluarkan penisku, lalu membetulkan celana dalamnya sehingga vagina yang ngintip tadi langsung ngumpet lagi. Lalu meneruskan tugas. Aku juga sigap membenahi celana dan menutup retsleting. Karena penisku masih ngaceng, aku tengkurap menyembunyikannya sambil segera kembali mengerjakan tugas.
Bu Neni masuk dan memandang kami dan langsung membawa barang bawaan kebelakang. Ternyata masih ada barangnya di depan pintu dan Bu Neni minta tolong aku membawanya ke dalam. Aku berusaha meutupi penisku yang masih tampak ngaceng dibalik celana, tapi tak bisa. Akhirnya aku mengeluarkan baju menutupi bagian selangkanganku.
Saat aku mengantar kebelakang, Bu Neni berbisik menegurku, “Kamu nakal ya Jar. Masak ngerjain tugas begitu, napas kamu terengah2”. Bu Neni melanjutkan. Tangannya segera bergerak memegang daerah selangkanganku dan memergoki penisku masih ngaceng “dan kontolmu ngaceng”.
“Memangnya sempat Jar?”, Bu Neni nggak percaya kami sempat berhubungan dan segera memakai baju lagi.
“Sari cuma ucapin terimakasih, tapi sedikit berlebihan, jadi aku terangsang”, kataku sambil mengusap bibir, mengisyaratkan bahwa Sari mencium bibirku.
“Oo begitu..”, kata Bu Neni. Lalu kami kembali membantu memeriksa PR kimia hingga selesai.
Aku mengantar Sari ke rumahnya. “Ucapan terimakasihmu berlebihan, Sari”, kataku.
“Maaf. Waktu sekelas di kelas satu, aku suka kamu, tapi kamu cuek. Lalu Wandi yang baik menghampiriku. Kami jadian. Karena sudah sama2 cinta, kami buta dan berbuat tidak semestinya. Tapi aku masih menjaga diri dengan pakai kondom”, Sari berusaha menjelaskan.
“Tapi kamu sama aku tadi tidak pake kondom”, kataku
“Aku nggak berani bawa kondom, takut diambil Bu Neni lagi”, jawabnya
“Aku bingung Jar. Aku cinta dan sayang sama Wandi. Tapi rasa suka sama kamu tidak hilang. Selama ini bisa kukendalikan, tapi waktu kamu tadi minta cium, aku menjadi buta dan hilang kendali”, Sari berkata pelan.
Sesampai dirumahnya, Sari minta aku tunggu sebentar. Dia masuk kedalam rumah lalu keluar lagi. “Antarin aku ke rumah mak tuo (bude)”, katanya.“Kemarin maktuo nitip kunci karena rumahnya kosong dua hari. Di titip untuk sore menyalakan beberapa lampu dan paginya dimatikan.”, Sari menjelaskan
Aku mengantarnya ke rumah maktuo, lalu Sari segera masuk ke rumah untuk menyalakan lampu. “Jar, bantuin menyalakan lampu halaman belakang dan lampu atas ya.”
Setelah menyalakan lampu teras lantai atas, aku turun kembali ke lantai bawah. Aku kaget. Sari menungguku dalam keadaan bugil, dan pintu rumah tertutup
“Di rumah Bu Neni tadi, aku belum selesai mengucapkan terimakasih, buat cowok yang aku suka”, kata Sari tersenyum
“Sari..”, aku coba meyakinkan apa yang dia lakukan, “tadi sudah cukup”
“Please..”, Sari sedikit merengek, dia mendekatiku “tadi kan kita sama2 belum selesai.
Tubuhnya pendek sedadaku tapi badannya sintal, kulit mulus, susunya besar dengan putting coklat mendongak, dan bibir vagina tebal dengan bulu yang cukup lebat. Didekati dan dipeluk Sari yang bugil membuatku terangsang. Aku mencium kepalanya yang menempel di dadaku. Sari memandangku. Dia tersenyum.
Maka mulailah Sari beraksi. Pakaianku dicopoti semua hingga aku bugil. Dia menciumi seluruh dada dan perutku lalu memegang penis dan menciuminya. Dari pangkal buah zakar hingga ujung penis. Lalu mengemutnya dengan lahap. Penisku menegang dan Sari merasa senang.
Sari berdiri meraih pundakku menurunkan mukaku hingga sedadanya. Dia memintaku menciumi susunya. Terasa susu yang sudah matang dan kenyal. Sari menekan lagi pundakku sehingga wajahku berhadapan dengan vagina yang tertutup bulu jembut yang hitam keriting dan tebal. Aku menciumi vagina lebat itu. Sari meregangkan kaki, sehingga sedikit terbuka vaginanya. Kujilati vagina itu, Sari mendesah kencang.
Sari mendorong pundakku sehingga aku rebah terlentang. Sekali lagi dia mencium dada, perut dan penisku. Lalu dia beranjak ke meja dan mengambil sesuatu.
“Sekarang pakai kondom ya..” , katanya sambil mempersiapkan kondom untuk dipasang di penisku.
“Kalau ucapan terimakasih tidak boleh ditutup2i. Jangan pakai kondom”, kataku. Sari tampak ragu. Aku ambil kondom ditangannya, lalu kubuang. Sari menarik napas dalam.
Lalu dia mengambil posisi diatas penisku yang tegak. Dan blesssssss.. perlahan vaginanya menelan penisku. Dia terus menekan sampai mentok. Walaupun tubuhnya pendek, tapi vaginanya cukup dalam. Sari menarik napas lagi. Lalu mulai mengayun, satu tekanan, diam sesaat, lalu mengayun dan menekan lagi.
Sari mendiamkan penisku dalam vaginanya. Matanya memandang kearah kondom yang kubuang. Dia menarik napas lagi. Memandangku dan tersenyum. Lalu.. cleps, cleps, cleps.. dia menaik turunkan pantatnya, membuat penisku keluar dan masuk vaginanya berulang-ulang. Kepalanya mendangak ke atas dan mulutnya bersuara tidak menentu. Semakin lama Sari mempercepat ayunan dan goyangannya.
Setelah lama bergoyang, Sari merebahkan diri disampingku, dan meminta aku untuk menindihnya. Aku sempatkan menciumi susunya lalu mencium bibirnya. Sari menggenggam penisku dan diarahkan ke vaginanya. Aku menekan dan bless.. penisku masuk ke vaginanya hingga dasar. Sari menggoyangkan pantatnya meminta aku untuk memompa. Maka kuayunkan pantatku sehingga penisku kembali menghunjam dasar vaginanya berkali2.
Wajah Sari yang segar, terlihat sangat menikmati dan bergairah. Sesekali erangannya terdengar mmphh…, Aku tak tahu berapa kali aku menghunjam, berapa lama aku menggenjot, tetapi Sari sepertinya masih belum mau memuncak.
“Sari, aku mau keluarr..”, kataku. Sari menggoyangkan pantatnya seirama genjotanku dan coba mencapai orgasmenya. Aku tak tahan, dan akhirnya penisku memuntahkan mani yang ada di dalamnya. Saripun mencapai orgasmenya. Dia segera membalikkan posisi sehingga aku berada di bawah dan dia diatas. Lalu segera mengeluarkan penisku dari dalam vaginanya. Lalu membiarkan mani yang berada didalam vagina mengalir keluar.
Dia tersenyum melihat penisku penuh dengan mani. Lalu segera ke kamar mandi membersihkan diri. Dari kamar mandi dia memanggilku untuk mandi bersama. Kami saling menyabuni dan membilas. Sari terus tersenyum.
“Kamu terlihat bahagia”, kataku
“Ya, hari ini aku terbebas dari ancaman dikeluarkan dari sekolah. Hari ini aku dapat kesempatan berduaan dengan cowok yang kusuka. Hari ini… aku merasakan gesekan kontol tanpa kondom di memekku... Hari ini aku merasakan hangatnya mani yang keluar di dalam memekku..”, katanya riang.
Perjalanan mendaki gunung yang masih berupa hutan. Ditengah perjalanan kami mampir di rumah makan untuk istirahat dan makan, lumayan setelah berjam2 berlima di mobil kecil. Mobilnya juga harus istirahat. Begitu masuk rumah makan, anak laki, Yudi, Arman dan aku memilih untuk rebahan di dipan meluruskan kaki. Sedangkan Reni dan Yuni langsung kemeja makan.
Saat rebahan, aku mendengar suara air mengalir. Kata uda (abang) rumah makan memang ada sungai di bawah. Tidak jauh. Aku mengikuti jalan setapak menuruni bukit hingga ke tepi sungai. Melihat segarnya sungai dan panasnya udara, aku ingin sekali menceburkan diri. Aku berjalan menyusur tepi sungai mencari tempat agak jauh dan terlindung untuk mandi di sungai. Lalu bugil dan byurr.. aku menceburkan diri ke sungai.
Aku menyelam dan berenang di tepi sungai. Saat melihat ke tepi, aku tak melihat pakaianku ditepi sungai. Ternyata aku terbawa arus sungai dan makin menjauh. Tiba2 terdengar keciplak kecipluk air, rupanya ada yang mandi di sungai juga. Aku menghampiri. Ternyata ada dua wanita sedang mandi. Mereka kaget dan segera menepi dan mengambil kain handuk untuk menutupi tubuh bugilnya.
Aku jelaskan bahwa aku pengunjung rumah makan dan sedang mandi lalu terbawa arus. Ternyata mereka adalah ibu dan anaknya penduduk local. Mereka menganjurkan aku untuk kembali lewat tepi sungai daripada berenang lalu terbawa arus lagi. Karena mereka tidak punya kain lagi, mau tidak mau aku naik ke tepi dalam keadaan bugil. Tepi sungai tidak bisa dilalui, harus agak naik ke darat berliku2. Si ibu mau mengantarkan aku dan minta anaknya menunggu.
Aku berjalan dibelakang ibu sambil menutupi penisku, takut kena duri pohon. Tidak ada jalan setapak, dan jalannya naik turun. Disalah satu jalan turun aku terpeleset dan menimpa ibu yang ada didepanku. Kami bertindihan, kain ibu tersingkap dan penisku menempel disekitar vaginanya. Aku dan si ibu lalu berdiri. Tiba2 si ibu mencopot kainnya sehingga bugil. Aku tidak mengerti maksudnya.
“Menurut adat, kalau perempuan dan laki sudah saling melihat kontol dan memek, maka mereka harus kawin”, katanya, “Aku sudah lihat kontolm dan kamu sudah lihat memekku. Jadi aku dan kamu sekarang harus kawin”. Lalu dia menggelar kain dan merebahkan diri di atasnya. Lalu tangannya melambai memanggilku untuk mengawini dia.
Aku tidak mengerti, tapi aku juga tidak kenal daerah ini. Disekelilingku hanya terlihat pohon2 besar. Kalau jalan sendiri, pasti aku tersesat. Memang terdengar suara air sungai, tapi suaranya dari segala penjuru. Aku benar2 tak tahu arah. Jadi kuikuti maunya.
Untuk bisa kawin aku harus terangsang. Maka kuperhatikan tubuh bugilnya. Kulitnya gelap agak kotor. Susunya sudah agakmenggantung, mungkin karena usianya yang dugaanku hampir 40 tahun. Bulu jembutnya lebat keriting, bibir vaginanya tipis berwarna hitam. Tapi bagian dalam vaginanya berwarna merah menyala. Itilnya besar dan terlihat keluar dari bibir vagina.
Melihat itu semua aku mulai terangsang dan penisku ngaceng. Dia senang melihat aku mulai ngaceng dan memanggil lagi. Aku menghampiri dan hendak mencium bibirnya. Dia melarang, jangan cium bibir katanya. Akhirnya aku mencium susunya. Putingnya besar juga hampir sama dengan warna kulitnya. Lalu aku ke bawah untuk mencium vaginanya. Tetapi dilarang juga olehnya, padahal aku ingin mencium itil yang besar itu. Akhirnya hanya tanganku yang memegang dan membelai2 itilnya yang besar.
Sekarang penisku sudah ngaceng penuh, tanpa membuang2 waktu segera aku arahkan ke vaginanya, dan bless .. penisku masuk perlahan. Kutahan penisku didalam, tapi dia menyuruhku untuk menggoyangkan dengan cepat. Aku ikuti perintahnya dan kugenjot dengan cepat. Aku merasakan nikmat tiada tara. Kurasakan vaginanya menjepit kuat penisku. Terus kugenjot dan dia mengerang keras “aaaahhhh..”
Aku masih menggenjot, tapi dia menahan dan segera mengeluarkan penisku dari vaginanya. Lalu berdiri, memakai kain lagi menutupi susu dan vaginanya, dan akhirnya mengajakku jalan lagi.”Ayo Pik, jalan”, katanya.
“Aku bukan Pik”, kataku.
“Itu panggilan untuk putriku, Upik. Dia melihat kita dari balik semak”, katanya.
Dan betul, Upik keluar dari persembunyiannya dan ikut berjalan. Karena penisku masih ngaceng aku tidak bisa menutupi. Dan Upik melihat terus ke penisku. Ibunya melihat perilaku Upik. Ternyata tidak sampai seratus langkah sudah sampai ditepi sungai. Dan kulihat pakaianku tidak jauh dari situ.
Karena badanku gatal tergesek2 daun dan batang pohon, aku segera menceburkan diri di pinggir sungai, tidak berani ketengah lagi takut terbawa arus. Upik masih terus berusaha melihat penisku dan ibunya melihat tingkah Upik. Si ibu menghampiriku dan bertanya, “Kamu sudah pernah lihat memek Upik?”
Pertanyaan ini tentu dikaitkan lagi dengan adat. Kalau pernah melihat berarti aku harus kawin dengan Upik. Aku melihat Upik, dia tersenyum. Cantik juga walau kulitnya hitam. Kuperkirakan umurnya 15 tahun. Walau tertutup kaiin, tapi posturnya langsing atletis. Kulihat penisku masih agak ngaceng. Muncullah niatku untuk memenuhi kebutuhan biologis si penis.
“Tadi memek Upik terlihat waktu dia naik ke tepi mau pakai kain. Bulu jembutnya masih sedikit”, aku menebak untung2an.
Si Ibu tersenyum lalu memanggil Upik. Si Ibu membisiki Upik, lalu Upik mencopot kainnya hingga bugil. Betul dugaanku, susunya padat mendongak , vaginanya terlihat tebal dengan bulu jembut yang masih halaus. Upik menghampiriku di dalam sungai. Dia memelukku sebentar lalu meraih penisku dan di elus2.
Aku membalas dengan meraba2 dan meremas2 susunya. Tanganku juga mencoba menyentuh vaginanya yang ada di dalam air sungai. Merasakan tebalnya bibir vagina. Terasa juga itil yang besar, sama seperti ibunya. Dia merangkulkan tangannya ke leherku. Kucium bibirnya dan dia tidak melarang. Kulihat ibunya juga tidak melarang. Aneh.
Lalu aku menyelipkan penis keselangkangannya dan menggesek2kan ke vaginanya. Melihat ini, ibunya memanggil2Upik, dia menunjukk ke batu besar di sungai. Upik mengikuti perintah ibunya menuju batu besar sambil menggandengku lalu terlentang di batu besar itu. Ahh benar2 pemandangan alam yang indah. Kulihat jelas , dibalik pahanya yang merapat, ada vagina dengan bibir tebal yang mulai merekah karena terangsang.
Aku membuka kakinya yang rapat sehingga vagina indah itu jadi terlihat dengan jelas. Dan itil yang besar itu menyembul keluar disela2 bibir vagina. Kuhampiri vagina itu, kucium. Aku melihat ke ibunya, dia diam tidak melarang. Maka kulanjutkan dengan menjilati bibir vagina, lubang kemaluan, lalu itilnya yang besar itu.
“aaahhhh.. aaahhh..”, Upik berteriak2 mengejang. Senang juga mendengar suara teriakannya, maka kuteruskan menjilati itil itu. “aaahhh mmm aaahhh..”
Kulihat ibunya memegang vaginanya sendiri. Lalu si ibu menyuruh aku segera mengawini anaknya. Aku berdiri dan mengarahkan penisku ke vagina Upik yang rebah. Pelan2 kutekan. “aahhh..” upik berteriak saat kepala penisku mulai masuk kedalam vaginanya. Kutekan lagi, Upik berteriak lebih kencang. Kutekan lagi dan teriakannya semakin kencang. Kutekan lagi sampai kurasakan ujung penisku membentur dinding dalam vaginanya. Upik berteriak. Dia mengigit bibir dan terlihat matanya berlinang.
Ibunya Upik membuka kain penutup tubuhnya lalu turun kesungai dan menghampiri. Dia memperhatikan penisku yang sudah berada didalam vagina putrinya. Dia tersenyum lalu mencium kening putrinya. Aku juga melihat kearah penisku yang masuk didalam vagina Upik. Terlihat ada darah mengalir keluar dari vaginanya. Darah perawan. Sudah kuduga bahwa Upik masih perawan sehingga tadi aku hati2 memasukkan penisku.
Ibunya menyuruhku untuk menggenjot. Maka kugenjotkan pinggulku dan Upik selalu berteriak mengikuti irama genjotanku. Kalau genjotanku lambat, maka erangannya juga lambat, kalau cepat, irama erangannya juga cepat. Dicampur dengan suara derasnya alran sungai, jadi seperti lagu yang asyiik.
Ibunya naik ke atas batu besar dan duduk. Kakinya mengangkang dan dia menyuruhku untuk mencium vaginanya. Sambil penisku terus menghunjam, aku menciumi dan menjilati vaginanya. Saat itilnya terjilat si ibu berteriak. Rame juga, ada suara air, suara teriakan Upik dan suara erangan ibunya.
Akhirnya Upik mengejang2 memeluk dan terasa mencakar punggungku. Lalu ibunya juga mengerang panjang. Aku terus menggenjot sampai tak tahan lagi, penisku menyemprot mani ke dalam vagina Upik. Lalu lemas memeluk dan menciumi Upik.
Setelah terasa penisku sudah loyo, aku mencabutnya dari vagina Upik. Upik duduk dibatu, dan kulihat semakin banyak darah yang keluar dari vaginanya. Juga air maniku keluar dari vaginanya. Darah itu menelusuri batu lalu turun kesungai dan hanyut terbawa derasnya air sungai. Kusiram sisa darah dan mani di batu, lalu semua meluncur mengikuti arus sungai.
Upik turun dari batu, ibunya juga. Lalu mereka berendam dan menyelam membersihkan diri dan vaginanya.
Lalu mereka berpamitan sambil tersenyum. Kupandangi kepergian mereka. Upik berjalan dengan tertatih2 karena selangkangannya masih sakit. Lalu mereka menghilang dibalik lebatnya pohon. Aku kedarat dan mengeringkan badan lalu berpakaian. Dan segera kembali ke rumah makan mengikuti jalan setapak.
Suatu kali aku pulang agak malam karena ada kuliah tambahan dan jalan2 dengan teman. Aku masuk lewat pintu samping karena memang aku diberi duplikat kunci oleh om dan tante. Setiba di dalam rumah, kulihat tante Lisa duduk sendiri di bangku teras belakang. Kuhampiri dan terlihat matanya berlinang.
“tante sedih. Kemarin mengantar om ke bandara karena tugas luar, tetapi tante lihat wanita selingkuhan om itu juga sedang cek-in dengan flight yang sama dengan suami tante. Mereka berselingkuh di luar kota”, tante tersedu.
Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku hanya menggenggam tangannya. Tante masih terisak. Aku dudud disebelahnya, memeluk bahunya dan mendekapkan kepalanya kepundakku. Isaknya mulai tenang. Setelah tenang, tante tidak beranjak.
Aku yang tadi terbawa suasana sedih sekarang tersadar sedang memeluk wanita. Aku mulai bergairah. Ku geser pundakku dan kubantu kepalanya rebah di pahaku. Tante mengikuti.
Saat rebahan itu aku memperhatikan tante. Di usia 36, dia masih segar dan badannya masih langsing, mungkin karena aktif dalam kegiatan LSM. Dari balik daster tipisnya terlihat bentukan susu dan putingnya. Tanganku yang tergeletak di pinggangnya mulai bergeser dan meraba susunya. Tante menatapku. Aku sudah terangsang. Segera kucium bibir tante dan dia membalas melumat bibirku. Kami mendesah2. Tanganku meremas susu tante dan memainkan putingnya.
Udara malam membuat kami semakin menghangat. Tanganku bergerilya ke bagian selangkangan tante. Tebakanku benar, tante tidak memakai cd. Terasa sebaran bulunya dibalik daster. Langsung saja kusingkap dasternya dan kugenggam vaginanya. “mmhh..” sambil berciuman tante mendesah.
Aku tak tahan. Kuhentikan ciuman dan mengangkat kepala tante dari pahaku. Aku segera membuka celanaku sehingga penisku yang sudah mulai menegang menyembul keluar. Tante melihat penisku dan melihatku. Dia tahu apa yang harus dilakukan. Segera dia membelai, mencium dan mengulum penisku. Aku terangsang hebat dan tanganku terus meremas2 kedua susunya.
Saat itu terang bulan, perbuatan kami jelas terlihat. Aku jadi teringat anak2 dan menghentikan emutan tante dipenisku.
“Mereka sudah tidur”, kata tante Leni.
Mendapat jaminan itu, aku segera mencopot daster tante Leni sehingga dia bugil dalam keadaan berdiri. Tubuhnya masih sintal, walaupun susunya sedikit mengendur, tapi dalam kondisi terangsang ini terlhat padat dengan pentil besar yang menantang. Bulu jembutnya lebat sekali menutup vaginanya. Kubelai2 bulu jembut itu, dan kusibak untuk melihat vaginanya. Hmm, vaginanya hitam dengan itil kecoklatan. Kuciumi vagina dan bulu jembutnya.
Tante Leni mengangkatku berdiri dan mencopot bajuku lalu celanaku. Kami jadi bugil berduaan di teras belakang dibawah sinar rembulan. Tante Leni agresif mencium bibir dan memelukku. Sementara aku membalas ciuman panasnya dan berusaha meremas dada. Tangan satunya meremas2 pantatnya yang padat. Penisku terselip diselangkangannya dan menempel di vaginanya.
Aku rebahkan tante Leni di bangku dan kuciumi dia dari jidat, bibir, leher, susu, perut, vagina, paha, betis hingga kaki. Lalu aku kembali ke susunya untuk mencium dan menghisap2. Tante Leni bergelinjangan. Aku juga tak mau melepaskan kesempatan untuk melihat vagina dibalik semak jembut. Kumainkan itil dan lubang vaginanya. Tante Leni bergelinjang lebih hebat lagi. Dia mendesah tapi dengan mulut tertutup menahan suara.
Kubuka bibir vaginanya, kujulurkan lidahku mengenai daerah vaginanya. Tante Leni menggerak2kan pinggulnya. Kuarahkan lidahku ke itilnya. Saat menyentuh itilnya, tante Leni tak dapat menahan suaranya “awwhhh..”, mulutnya terbuka menjerit mendesah. Maka kuteruskan menjilati seluruh bagian vaginanya.
Aku menikmati menjilati vagina sambil meremas2 susu tante Leni. Tiba2 tante Leni mengangkat tinggi pinggulnya dan mengejang “aaaahhhhh….”. dia mencapai orgasme dan langsung terkulai lemas di bangku.
Aku tersenyum, diapun tersenyum. Dia melihat ke penisku yang masih tegang, dibelai2 penisku dan ditarik kearah mulutnya, lalu dia mulai mengulum, mengocok dan menghisap2 penisku. Aku terangsang. Dan terus memainkan jariku di itil dan lubang vagina tante. Setelah beberapa lama kelihatannya tante mulai terangsang lagi. Aku tak menyia2kan kesempatan, diatas bangku itu kutindih dia. Tangannya membantu penisku mengarah ke vagina. Lalu bless.. cleps..clepss.. tanpa ragu2 aku langsung mengayun pantatku naik turun. Penisku menghunjam hingga keujung dalam vaginanya.
Tante Leni memang agresif, dia bangkit dan gantian merebahkanku. Lalu dia duduk diatasku dan memasukkan penis ke vaginanya. Goyangan tante Leni sangat kuat, dia menengadah ke atas menatap bulan dan mengeracau dengan kalimat yang tidak jelas. Aku tidak mau kalah agresif. Aku berdiri dan mendorong tante Leni untuk membungkuk, lalu kusodokkan penis ke vagina dari arah belakang. Maka semakin tidak jelaslah suara tante Leni mendesah dan mengerang.
Suara tante Leni menambah gairahku. Sodokan kupercepat. Dan aku merasakan maniku siap keluar, “tante.. a ku ma u ke lu arrr..”. Tante mencabut penisku dan merebahkanku di lantai. Kembali ia duduk diatasku, memasukkan penisku dan menggoyang dengan cepat. Crott.. croott.. aku tak tahan dan maniku menyemprot di dalam vagina tante. Tante terus menggenjot “ah.. ah..”. “Aaaaahhhh..”, tante mengerang panjang dan terkulai diatas tubuhku.
Aku membiarkan penisku didalam vaginanya. Perlahan memendek dan akhirnya penisku keluar sendiri dari vagina tante. Kami bertatapan puas. Tante beranjak dan melihat banyak spermaku meleleh keluar dari vaginanya.
Saat ditinggal berdua, Ening langsung ‘tos’ dan memelukku, “Aku minta kenang2an lagi dong. Punyamu enak”, katanya. Aku tersenyum dan ‘tos’.
Euis mengajak masuk kamar, lalu kami sama2 bugil dikamar. Diranjang itu kami lebih bebas dan santai menikmati setiap bagian tubuh. Berulangkali Euis membelai penis dan memuji penisku. Saat bersetubuhpun Euis berkicau tentang penisku, “Uuh.. ahh.. gedee.. mentok.. enaakk.. ahh.. uhh”.
Saat Euis telah mencapai puncak, aku juga berhenti. Aku tidak ingin mengeluarkan maniku, karena maniku akan kuberikan kepada Ening supaya dia hamil.
Karena berkeringat, usai bersetubuh kami mandi. Karena takut terlihat habis mandi, Euis pulang duluan ke rumahnya, dan saat Kang Ohim datang menjemput aku bilang sudah dari tadi pulang.
Siang itu aku masih bingung atas pengalaman seksku yang luar biasa. Mengingat wanita2 yang aku gauli kemarin, aku teringat Bu Lia yang suaminya dinas tiga hari. berarti hari ini dan besok Bu Lia masih sendiri. Aku ke rumah Bu Lia, sekedar ingin tahu apakah Bu Lia mau lagi bersetubuh denganku atau cukup perpisahan kemarin saja.
Diluar dugaan, Bu Lia malah semakin bernafsu. Dia mengajari dan mempraktekkan posisi2 bersetubuh yang pernah ditonton di BF. Kami bercinta di atas kasur hingga ke atas kursi dan kamar mandi. beberapa kali Bu Lia mengejang. Sedang aku menjaga untuk tidak sampai mengeluarkan mani.
Selesai dengan Bu Lia, aku ke pabriknya Maman dan diantar Maman ke rumahnya. Lalu Maman kembali ke pabriknya meninggalkan kami berdua. Ening agak berat melepas Maman pergi.
Aku duduk berdua ditepi ranjang dengan Ening. Kubilang agar kita melakukan pemanasan supaya sama2 terangsang. Karena Ening menunggu, maka aku berinisiatif memainkan melakukan pemanasan. Saat kumainkan susunya dan itilnya ia memejamkan mata. Lalu saat kujilati itilnya, dia kaget. Aku berhenti. Setelah tenang, kujilati lagi vaginanya. Ening menikmati.
Lalu kubimbing tangannya memegang penisku. Dia mengangkat kepalanya untuk melihat penisku.
"punyamu gede..", kata Ening pelan.
"Supaya aku panas, tititku dielus2", aku minta Ening mengelus2. Dan Ening mengelus2. kelihatannya dia masih terkagum dengan ukuran penisku.
"Terus diemut, dihisap2", kataku. Ening diam.
"Kayak aku tadi, menghisap2 memek Ening", aku menjelaskan.
Agak ragu Ening menciumi penisku. Lalu memasukkan penisku kemulutnya dan dihisap2. Aku menggoyang2kan pantatku sehingga penisku masuk dan keluar mulutnya.
Ening menikmati dan selanjutnya mudah bagi kami untuk berhubungan seks. Aku coba beberapa posisi, aku diatas, Ening diatas, dari samping dan Ening nungging. Ening berkali2 mencapai puncak, sedangkan aku sekali.
Kami istirahat. sejam kemudian kuhampiri lagi Ening dan kuajak berhubungan lagi. Ening menyambut senang. Kali ini kami bermain di kamar mandi dengan berbagai posisi berdiri. Ening dan aku mencapai puncak. Dan kami beristirahat lagi.
Setelah Maman pulang, kami makan malam bersama. Lalu Maman minta aku menggauli istrinya lagi. Aku membimbing Ening ke kamar sedangkan Maman menunggu di ruang tamu. Selesai menggauli Maman masuk ke kamar dan kudengar suara suami istri yang sedang bergaul. Setelah itu Maman keluar, kami berbasa basi sebentar lalu aku pamit pulang.
Esoknya, aku sempatkan sekali lagi ke Bu Lia dan bersetubuh di pagi hari. Sedangkan sorenya kembali menyetubuhi Ening berkali2. Setelah itu malamnya Maman menggauli istrinya.
Seperempat jam menunggu, tidak ada tanda2 ada kelompok yang lewat. Kak Noni mulai kedinginan dan menggosok2kan kedua tangannya. Sebenarnya aku tidak merasa dingin, tapi melihatnya kedinginan, aku memeluknya untuk memberi kehangatan. Kak Noni kaget, tapi mendiamkan. Kucium pipinya, dia diam saja. Kurebahkan tubuhnya, lalu kucium bibirnya, dia juga diam saja. Akhirnya kuberanikan membuka jaket dan kancing bajunya, dan karena bhnya sudah dicopot, maka terlihatlah bukit mungil menantang. Remang2 terlihat putingnya berwarna coklat tua. Kubelai, kuremas, dan kuhisap susu dan putingnya. Tanganku meremas pinggangya yang padat. Dia benar2 atletis.
Kak Noni masih diam saja. Maka kucopot celana panjang dan celana pendek sehingga terlihatlah vaginanya. Pemandangan ini membuat penisku ngaceng dibalik sarung.Kubuka jaketku untuk alas bokong dan pahanya. Dan segera kubuka kaos oblongku. Kusingkap sarung sehingga penisku tampak ngaceng. Dan segera kutempelkan penisku di vaginanya
Kutindih tubuhnya dan kutatap matanya. Kak Noni menatapku tajam. Aku mencium kening pipi dan bibirnya sambil menggesek2an penisku ke vaginanya.
“Boleh?”, aku mohon izin untuk memasukkan penisku ke vaginanya. Kak Noni diam saja. Hanya suara jangkrik, kodok dan gemercik air yang terdengar. Aku menciumi susu ranumnya serta menghisap2 putingnya sambil tetap menggesek2kan penis ke vagina.
“Boleh?” aku mohon izin lagi. Kak Noni masih diam dan terpejam matanya. Kuturun lebih kebawah menciumi vaginanya, mencari itil dan lubang vagina dan menjilati. Kak Noni terpejam dan menghela nafas dalam. Kulakukan terus sampai dia mendesah2.
Lalu aku merangkak lagi ke susu lalu ke bibirnya dan terus menggesek2an penis ke vagina. Aku tak berani memasukkan penis tanpa izin pemilik vagina. Kak Noni terpejam dan mulai mendesah lebih kencang.
“Boleh?”, aku bertanya lagi. Kak Noni menatapku, lalu matanya terpejam, bibirnya tersenyum. Lalu… dia mengangguk pelan. Aku mencium keningnya
“Kak Noni, boleh?”, aku bertanya untuk meyakinkan anggukannya. Kak Noni tetap terpejam dan tersenyum, lalu mengangguk.
Aku mencium bibirnya, dan dia membalas dengan ciuman yang lebih hangat. Sambil mencium kuluruskan penisku ke lubang vaginanya. Kutekan pelan, dan .. blesss..penisku mulai masuk. Kak Noni terhenyak namun mulutnya tertutup ciumanku. Tanpa berhenti kutekan terus pantatku hingga perlahan tapi pasti, penisku terus masuk kedalam vaginanya, hingga ke ujung dalam vaginanya. Saat penisku menyentuh dinding dalam vaginanya, Kak Noni melepaskan ciuman dan berteriak kecil dan sedikit meringis “aahhh..”
Aku kaget, seharusnya dia tidak meringis kesakitan. Aku mengangkat pantatku untuk mengeluarkan penis dari dalam vagina. Kulihat sejenak. Karena gelap kunyalakan senter untuk melihat penisku. Ah, ternyata ada darah. Kak Noni masih perawan.
Aku diam sejenak, memandangnya. Tangan kak Noni segera mendekap pantatku dan menekankan sehingga penisku masuk kembali ke vaginanya. Bless.. ahh..aku mendiamkan penisku di vaginanya. Kak Noni berusaha menggoyangkan pantatnya. Melihat keinginannya, aku kembali menggoyangkan pantatku. Clep bless clep bless .. berulangkali penisku keluar masuk vaginanya. “aah.. aww..ahh.. mmph..”, Kak Noni selalu bersuara setiap kali penisku menancap.
Kami menikmati persetubuhan malam diluar, ditemani suara2 binatang air dan angin. Aku terus menggenjot dan Kak Noni terus mendesah2 dengan mulut tertutup dan terkadang mencium bibirku. Tak ada posisi lain selain aku diatas Kak Noni menindih dan menggenjot. Kak Noni tidak berinisiatif dan tidak mau merubah posisi. Berpuluh2 menit aku menggenjot sampai akhirnya Kak Noni memuncak dan mendekapku erat, lalu terlentang lemas. Aku mempercepat genjotan sehingga aku memuncak dan mengeluarkan mani. Sadar aku mengeluarkan mani, Kak Noni mendorong pinggangku dan aku segera mencabut penis lalu memuncratkan maniku di perutnya.
Kami berpelukan sejenak, lalu Kak Noni berdiri dan menarikku. Dia berjalan agak mengangkang dan sedikit tertatih dan terasa pegal karena sodokan penisku tadi. Dia membawaku ke parit kecil. Disana kami saling membersihkan bekas maniku, cairan vaginanya dan darah perawannya. Sekali lagi aku mengungkapkan kekagumanku atas tubuhnya yang sintal atletis. Kak Noni hanya tersenyum.
Hari itu MD tidak memberikan pelajaran, anak2 senang. Guru lain datang menitipkan buku dari MD berisi bahan pelajaran untuk disalin atau difotocopy. Sepulang sekolah, sebagai ketua kelas, terpaksa aku ke rumahnya untuk mengantarkan absensi siswa dan buku PR anak2 sekelas untuk diperiksanya. Aku belum tahu rumahnya, tetapi tak ada teman yang bisa menemaniku. Akhirnya aku berputar2 sedikit menanyakan alamat rumahnya. Ternyata rumahnya lumayan jauh dan asri di daerah yang tenang.
Seorang wanita tinggi putih membukakan pintu. Ini pasti istri MD, pikirku. Istrinya bilang bahwa MD belum pulang, biasanya sebentar lagi pulang dan aku dipersilahkan menunggu. Daripada bulak balik yang cukup jauh, lebih baik aku menunggunya pulang.
Istri MD ramah dan menyajikan minuman buatku, lalu kami mengobrol sambil menunggu MD pulang. Suasana ruang tamunya membuatku risih. Ada kalender bergambar wanita berbikini, lalu patung wanita bugil, sedangkan di lemari buku agak dalam terlihat judul buku tentang pendidikan seks. Saat aku menumpang pipis ke kamar mandi, dinding kamar mandi berhias beberapa gambar wanita yang boleh dikata bugil karena pakaian dan bikininya transparan.
“Bapak maniak perempuan ya Bu?”, aku memberanikan bertanya untuk mengungkap rasa penasaranku terhadap MD. Bu MD melihatku, kelihatannya dia ragu untuk menjawab.
“Ya, memang dia kelihatannya hiper”, katanya. “Di kamarnya gambarnya lebih vulgar lagi”.
“Masa sih?”, aku penasaran.
Bu MD berdiri membuka pintu salah satu kamar. “Lihat saja sendiri”
Ternyata benar, di dinding kamarnya berhamparan gambar wanita bugil. Di dinding kamar mandi dalam, malahan gambar pria dan wanita sedang berhubungan seks. Lalu satu gambar close up penis sedang masuk ke vagina.
“Kok bisa dapat gambar seperti ini”, tanyaku
“Waktu dinas ke luar negeri, Bapak beli banyak buku porno”, jawab Bu MD
“Wah, ibu beruntung dong, punya suami yang hiperseks”, kataku
“hipernya dia itu bikin ibu risih, karena kalau dijalan matanya melirik kesana kemari mencari wanita cantik. Memang sih, bapak sering mengajak ibu berhubungan seks. Kadang2 sehari bisa beberapa kali. Tetapi karena energinya habis untuk fantasi dan menghayal, pas berhubungan cuma sebentar. Tidak sampai sepuluh menit dia sudah keluar. Dia asyik dengan dunianya sendiri”, Bu MD menunjukkan rasa kesal. Aku kaget dia bercerita itu kepadaku, mungkin saking kesalnya dia mengeluarkan isi hatinya.
“Jadi.. ibu belum pernah sampai orgasme?”, tanyaku hati2
“Belum”, jawabnya
“Kenapa tidak masturbasi saja?”, aku masih hati2 bertanya
“Iih ngapain? Mana enak..?”, katanya.
“Boleh saya bantu masturbasi Bu?”. Aduh! Kenapa aku bertanya begitu.
Bu MD melihatku. Dia berdiri dan berjalan kebelakang. Minum segelas air putih. Diam sejenak. Lalu kembali menemuiku. “Kalau kamu bisa, boleh..”, katanya pelan.
Aku kaget tapi senang. Bu MD memang benar2 putih dan tinggi.
Aku berdiri menghampirinya.”Harus pemanasan dulu Bu”, kataku.
“Ya, Ibu tahu”, katanya pelan.
Maka segera aku tuntun dia untuk merebahkan diri di lantai. Lalu mulai kulakukan pemanasan dengan mencium dan mempermainkan susu2nya. Dada dan susunya terlihat putih dengan puting merah muda. Saat kuhisap susunya, dia memejamkan mata. Saat itulah tanganku mulai bergerilya menyusup ke celana dalamnya, membelai sebentar lalu mencoba mencari itilnya. Bu MD menikmati sekali hisapan susu dan sentuhan itil. Cukup lama aku melakukan hal ini dan Bu MD mulai mendesah2.
Akhirnya aku copot celana dalamnya dan terlihatlah vagina merah muda merekah, dengan itilnya yang juga merah muda. Setelah menikmati pemandangan itu, aku dekatkan kepalaku mencium vaginanya. Menjulurkan lidah untuk menjilati vagina dan lubang vaginanya yang mulai basah. “aahh..” Bu MD mengerang cukup keras. Lama juga kujilati lidahnya dan dia masih terus menikmati.
“Ibu belum orgasme?”, aku bertanya. Dia menggelengkan kepalanya. Aku bingung.
“Tapi bapak sudah mau pulang”, aku takut bila terlalu lama Pak MD keburu pulang.
“Bapak pulangnya nanti sore, ada urusan ke departemen terus ke PGRI”, katanya sambil terengah2. Lho? Tadi pas aku datang disuruh nunggu karena sebentar lagi pak MD pulang, sekarang bilang masih lama. Jangan2 aku dijebak. Tapi peduli amat. Lagian penisku sudah ngaceng. Maka segera kucopot celana dan kuarahkan penis ke vagina Bu MD.
Bless.. penisku masuk ke vaginanya. Tanpa basa basi langsung kugenjot. Ternyata Bu MD balas menggenjot. Dan tak berapa lama aku digulingkan lalu dia duduk diatasku. Bu MD sangat agresif dan menggoyangkan pinggulnya dengan liar. Penisku seperti diputar2. Aku tak bergerak, hanya tanganku meraba dan meremas susunya.
“Aa.. aa.. aaahhh..”, Bu MD mengerang panjang menunjukkan bahwa dia sudah orgasme. Lalu tertelungkup diatasku. Segera kubalik dan kutindih tubuhnya, lalu kugenjot. Dengan sisa tenaga, bu MD coba menggoyangkan pinggul. Aku semakin terangsang dan mempercepat genjotan hingga maniku keluar. Ahh..
karena sudah lama tidak keluar, kurasakan maniku begitu kental dan banyak keluar di dalam vagina Bu MD. dan Bu MD mengangkat pinggulnya agar maniku tertumpah di ujung paling dalam lubang vaginanya.
“Terimakasih Dik, akhirnya ibu bisa merasakan nikmatnya ejakulasi”, katanya lemas dan puas
“Sama-sama bu”, jawabku sambil terus menciumi leher dan terkadang susunya.
Waktu itu Pak Darman harus mengikuti penataran dari Dinas Pendidikan, yang dilaksanakan setiap selasa dan kamis siang, selama sebulan. Sehingga kursus matematika yang diadakan pada hari2 itu tak bisa terlaksana. Pak Darman menawarkan aku menjadi pengganti sementara untuk mengisi kursus itu. Yang hari selasa adalah kursus matematika untuk anak kelas 3 SMP, sedangkan yang kamis adalah untuk anak kelas 1 SMA. Aku setuju dan dua kali seminggu memberi kursus matematika pada mereka.
Pada Selasa minggu kedua, seusai memberi kursus matematika, sekitar 20an peserta kursus berhamburan keluar, kecuali empat siswi. Salah seorang dari mereka, Vira, menghampiriku, “Kakak bisa kasih kursus biologi?”, tanyanya.
“Bisa saja. Tapi biologi kan gampang, cuma hapalan, tidak perlu kursus”, kataku sambil membereskan bahan pelajaran.
“Sekarang topiknya tentang perkembang biakan. Kami susah pahamnya”, kata Vira.
Aku melihat mereka semua. “Memangnya semua tidak ngerti?” tanyaku.
“Susah Kak”, kata mereka hampir serempak.
“Oke deh. Kakak siapkan bahannya dulu. Minggu depan setelah kursus matematika, kita lanjut dengan kursus Biologi disini”, jawabku
“Kalau hari kamis bisa nggak Kak? Kalau gak bisa disini, di rumah Ranti juga boleh, dia punya kamar belajar”, kata Vira
“Oke deh. Aku tanya ke Pak Darman, kalau bisa disini, disini saja”, kataku.
“Ini bahan pelajarannya Kak”, Vira memberikan buku Aku Ingin Punya Adik. Lalu kami pulang kerumah masing2.
Sampai dirumah kubaca buku yang diberi Vira. Astaga, ini sih buku tentang reproduksi manusia. Menjelaskan bentuk dan fungsi alat kelamin ayah dan ibu, lalu bagaimana ayah berhubungan dengan ibu, lalu ibu mengandung dan melahirkan, lalu menyusui anaknya, lalu membesarkan dan menjadi adik. Gambar2nya sangat gamblang. Mungkin belum cocok untuk anak SMP. Tetapi bila kuingat, waktu SMP aku sudah menonton film porno, dan sudah mendapat pelajaran seks.
Hari kamis setelah memberi kursus matematika untuk kelas 1 SMA, Vira datang ke rumah Pak Darman menemuiku. “Kak ada 3 orang lagi yang mau ikutan kursus biologi. Jadi kursusnya di rumah Ranti saja. Mereka sudah menunggu disana”, katanya lalu menjelaskan alamat dan jalan menuju rumah Ranti.
Kedatanganku ke rumah Ranti disambut Vira dan diantar ke salah satu ruang yang katanya ruang serbaguna keluarga. Disana telah ada 7 siswi duduk lesehan di karpet, 4 anak kelas 3 SMP dan 3 lagi anak kelas 2 SMP Katanya sih mereka satu geng. Selebihnya aku merasakan suasana sepi di rumah itu. Saat kutanya, ternyata memang Ranti anak tunggal dan orangtuanya sedang ke Medan, sedangkan beberapa temannya menginap menemani Ranti. Merasa tidak enak, aku bermaksud membatalkan kursus tetapi ditahan oleh mereka. “Please..”. “Iya, please Kak..”, kata mereka. Akhirnya aku mengalah.
“Jelasin yang sejelas2nya ya Kak. Soalnya ada yang sudah punya pacar nih”, kata Beti, salah satu dari mereka. Maka aku mulai menjelaskan mengenai proses perkembang biakan manusia. Mereka menyimak ceritaku dan visualisasinya. Dan setelah itu, seperti biasa, aku mempersilahkan mereka untuk bertanya kalau ada yang belum jelas.
“Apakah kami ada yang sudah bisa hamil?” tanya Eti.
Aku suruh mereka berjejer dari kiri ke kanan berurutan dari yang paling muda sampai yang paling tua. Ternyata umur mereka antara 13 sampai 15 tahun. Vira yang paling senior, 15 tahun kurang 4 bulan. Intan yang paling muda, 13 tahun lebih 3 bulan. Tetapi secara fisik, Beti yang paling kecil. Kutanya apakah ada yang sudah menstruasi, mereka menjawab sudah semua. Apakah mereka suka sama cowok, dijawab suka semua, dan tersebutlah nama2 bintang film dan penyanyi idola dalam negeri dan luar negeri. Belakangan ini mereka memang mendapat pendidikan pengenalan seks, makanya mereka ingin tahu lebih dalam lewat kursus ini.
“Apakah ada yang sudah terangsang untuk berhubungan seks?”, aku bertanya lagi. Mereka saling memandang, jawaban mereka beragam “Iya kali ya”, “Nggak tahu”, “Nggak kayaknya”.
“Bagaimana tandanya orang terangsang?” tanya Vira.
Aku menghampiri Vira, kupegang wajahnya dan kucium bibirnya. Vira gelagapan, yang lain melongo. “Bagaimana rasanya?”, tanyaku. Vira belum bisa menjawab. “Sekarang tutup matamu, nanti kakak cium lagi”.
Vira menutup mata lalu kucium lagi bibirnya, agak lama. Siswi yang lain melongo lagi dan memperhatikan. Kudengar nafas Vira mulai cepat dan jantungnya berdetak, maka kuhentikan ciuman. “Bagaimana rasanya?”
“Deg degan”, kata Vira.
“Nah itulah tanda terangsang. sekarang yang lain gantian. Nanti kakak cium. Yang dicium menutup mata, yang tidak dicium boleh melihat bagaimana cara ciuman. Jadi nanti kita tahu siapa yang bisa terangsang”, kataku. Maka mulailah aku menciumi bibir 6 siswi lainnya satu persatu. Asyik juga mencium beraneka bentuk bibir dan reaksi mereka berbeda-beda. Dan mereka tampak bersemangat dan jantungnya berdegup kencang.
“Ferina sudah punya pacar dan pernah ciuman ya?”, aku menyimpulkan karena cara ia menerima ciuman dan membalas menunjukkan bahwa dia pernah berciuman. Ferina mengiyakan.
Selesai menciumi 7 siswi, Vira bertanya, “Terus apa Kak?”
“Tanda cewek yang terangsang itu terlihat dari pentil susunya yang mengeras”, kataku. Mereka saling memandang dan memegang susu masing2. Aku segera menghampiri Vira, “Coba lihat susumu”, kataku. Vira ragu. “Katanya mau tahu terusannya”, aku memancing. Dan akhirnya Vira membuka kancing bajunya dan menyingkapkan bh putihnya, lalu tampaklah kedua susunya. Besarnya sekepalan tangannya, ukuran yang pas untuk usianya. Kulitnya coklat muda dan putingnya kecil berwarna coklat.
“Sekarang Kakak coba merangsang susu. Vira boleh melek boleh juga merem supaya lebih terangsang”, kataku. Vira memilih merem. Maka kuelus2 kedua susunya yang sudah mulai membesar, kumainkan pentil susunya dengan jariku. Selanjutnya kuciumi susu2 itu, kujilati, lalu kumainkan pentilnya dengan mulutku dan kuhisap2. Degup jantung Vira semakin mengencang. “Nah ini tandanya Vira terangsang”, kataku.
Siswi lain terdiam terpaku melihatku menciumi susu Vira, sebagian menelan ludah. Lalu kusuruh siswi lainnya menunjukkan susunya. Ada yang malu2 karena merasa ukurannya kecil. Kukatakan ukuran susu tidak mempengaruhi rangsangan, tetapi sensor rangsangan ada di kulit susu dan di pentilnya. Akhirnya mereka membuka baju dan menyingkap bh, sebagian siswi yang susunya baru tumbuh tidak memakai bh dan hanya memakai kaos dalam top tank.
Aku menikmati pemandangan susu yang ukurannya beragam, tetapi semua masih kecil, hanya ada 2 siswi yang susunya lebih besar dari Vira, yaitu susu Ferina dan susu Ratna. Warna pentilnya juga beraneka, ada yang agak pink ada juga coklat kehitam2an. Lalu kulakukan hal yang sama kepada mereka, mengelus, meremas, mencium dan menghisap.
Lucu juga menggengam dan menghisap susu yang keci. Baru kubuka mulut, seluruh bagian susu sudah masuk kedalamnya. Lidahku memainkan pentil susu yang ada didalam mulutku. Kucoba menghisap sekuat mungkin agar pentil susunya mancung mengeras. Hasilnya, mereka semua menjadi deg2an tak keruan. Tentu saja mereka terangsang karena mereka semua sudah mens, yang artinya memang sudah bisa terangsang.
“Kalian semua ternyata sudah bisa terangsang, jadi kalian semua bisa hamil. Demikian pelajaran biologi hari ini”, kataku menyimpulkan.
Karena masih terangsang dan bergairah, mereka minta untuk diteruskan pelajarannya. “Masa cuma ngemut susu bisa hamil?”, Ferina bertanya sekaligus protes.
“Maksudnya?”, tanyaku.
“Kan harus ada alat kelamin baru bisa hamil”, sahutnya, didukung oleh yang lain.
“Betul. selain susu, tanda cewek terangsang juga terlihat di memeknya. Memek yang terangsang dan siap dihamili adalah memek yang basah dan merekah”, jawabku.
“Coba lihat punya masing2”. Aku minta mereka untuk menunjukkan vagina. Mereka ragu2, dan selalu Vira dulu yang berinisiatif. Ia menyingkap rok dan memelorotkan celana dalamnya sedikit. Yang lain mengikuti, ada yang mengangkat rok dan menyingkap celana dalam, ada yang memelorotkan celana dan menyingkap celana dalam.
Lalu kusuruh Vira untuk merebahkan diri dan mengangkat kedua kakinya, sehingga vaginanya terlihat jelas. Aku mengamati vaginanya. “Tuh lihat, memek Vira sudah basah dan sudah agak merekah sehingga terlihat itil dan lubang memeknya”, aku menjelaskan dan siswi2 itu melihat vagina Vira.
“Sekarang coba kakak lihat yang lainnya”. Maka mereka semua merebahkan diri terlentang dan mengangkat kakinya keatas. Aku memperhatikan satu persatu vagina mereka. Vagina2 itu masih mungil2 dan belum banyak bulunya. Warna vaginanya bermacam2 dari pink hingga hitam. Tebal bibirnyapun bermacam2. Aku menyimpulkan, Vira yang paling siap, yang banyak cairannya dan vaginanya sudah membuka sendiri. Sedangkan Intan yang paling kurang siap. Kuminta Vira dan Intan berjejer dan menyuruh siswi2 itu untuk melihat dan membandingkan vagina yang paling siap dan yang kurang siap.
“Kalau yang belum siap, gimana supaya bisa siap?” , mereka bertanya.
“Ya harus dirangsang lagi sampai siap”, jawabku
“Caranya?” tanya mereka ingin tahu.
Karena vagina Intan yang belum siap maka kusuruh ia terlentang lagi. Melihat posisi celana dalam yang masih dipaha dapat mengganggu praktek, kuminta Intan mencopot celana dalamnya, lalu roknya disingkap keperut. Paha Intan merapat menutupi vaginanya, kuminta kakinya untuk dibuka. Aku segera menghampiri selangkangan Intan dan kuminta yang lain memperhatikan.
Lalu mulailah aku merangsang vagina Intan. Mulai dari membelai bulu dan bibir vagina, mencari dan memainkan itil, menciumi vagina dan menjilati seluruh bagian vagina. Intan merem melek dan mendesah “Aww.. ahh..”. “Intan kenapa? enak ya?”, yang lain bertanya. Kakinya menutup menjepit kepalaku. Kurenggangkan lagi agar terlihat oleh semua siswi. Para siswi melihat dengan berbagai reaksi, ada yang jijik ada juga yang pingin.
“Nah sekarang memek Intan sudah siap. Coba sekarang Beti. Copot dulu celana dalamnya”. Kulakukan hal yang sama terhadap Beti dan supaya adil kumainkan juga vagina siswi lainnya. Lidahku menyapu itil yang besarnya berbeda. Itil Beti paling besar dan itil Ferina paling kecil. Lidahku juga merasakan cairan asin vagina yang berbeda2.
Mereka semua sudah mabuk kepayang dan bergairah. “Kalau yang punya laki2, bagaimana terangsangnya?”, tanya Vira. Aku mengangkat bahu yang berarti tidak mau menjawab.
“Kakak curang, mana bisa perempuan hamil tanpa laki2”, kata mereka.
Akhirnya aku mencopot celana dan terlihat dibalik celana pendekku penis yang mulai terangsang. Siswi2 itu melihat serius dan menungguku memelorotkan celana pendek. “Ada yang sudah pernah melihat kontol?”, mereka menggeleng. “Cuma digambar”, kata Vira.
Aku copot celana pendek dan tampaklah penisku. “Woww..”, siswi2 itu bergumam.
“kok nggak ngaceng?”, Ratna bertanya. “Harus dirangsang”, kataku. “Bagaimana caranya?”, tanya Eti. “Dielus2 dan dicium”, kataku. Tiba2 semua siswi maju ingin mengelus penisku. “Gantian dong”, kataku. Mereka bergantian mengelus dan mencium penisku. Lama2 penisku membesar dan tegang. “Woww..”, mereka bergumam lagi.
“Tadi kakak menjilati memek kami, jadi kontol kakak juga boleh dijilat ya?”, Vira agresif bertanya.
“Ya, boleh dijilat dan diemut. Siapa mau duluan”, aku menantang dan Vira duluan meraih penisku menjilatinya lalu mengemutnya. Lalu yang lain bergantian.
“Ada asinnya”, kata Beti. “itu tandanya kontol kakak sudah terangsang dan sudah siap”, aku menjelaskan.
“Siap apa?”, tanya Intan. “Siap berhubungan seks”, jawabku. “Bagaimana caranya?”, tanya Vira memancing2
“Bagaimana kalau kita bugil semua”, aku mulai mencopot seluruh pakaianku. Lalu Vira bugil, lalu yang lain akhirnya mengikuti bugil.
Kusuruh lagi Vira tidur terlentang, aku mendekatinya, merangkak diatas tubuhnya. Jantung Vira berdegup kencang. Siswi yang lain melihat penuh ketegangan. lalu kutindih tubuhnya, semua siswi seperti menahan napasnya, melihat pemandangan laki2 bugil menghimpit wanita bugil. Kucium bibir Vira dan susunya. Vira merem melek dan jantungnya berdetak kencang.
Lalu kuluruskan penis ke vaginanya, kurenggangkan sedikit pahaku agar penisku dan vagina Vira bisa dilihat. Kusuruh siswi2 itu untuk melihat posisi penis dan vagina. Aku meraba lubang vagina Vira, ”Ini lubang memek. Waktu berhubungan seks, kontol dimasukkan ke lubang ini. Dengan posisi ujung kontol persis di lobang memek, tinggal didorong maka kontol akan masuk memek, lalu terjadilah hubungan seks, seperti penjelasan dalam buku”.
Aku menggoyang sedikit pantatku sekali sehingga menggesek bibir vagina dan itilnya. Dia menahan napas. Lalu aku beranjak dan berdiri meninggalkan Vira yang terlihat mulai berkeringat.
“Sekarang gantian yang lain”, aku memandang mereka. Intan segera merebahkan diri terlentang, ingin praktek duluan. Aku merayap diatas Intan dan menindihnya. Intan memejamkan mata dengan jantung yang juga bergetar kencang. Aku merenggangkan paha, “Coba ambil kontol kakak lalu tempelkan ke lubang vagina Intan”. Ranti meraih penisku dan diarahkan ke vagina Intan. Aku memberi aba2 untuk agak kebawah sedikit. Kugesek sekali.
Lalu gantian siswi lainnya kutindih satu persatu dan kutempelkan ujung penis kelubang vagina masing2, lalu digesekkan sekali. Setelah itu mereka terlentang semua, menunggu tindakanku.
“Nah dalam buku itu ada orgasme. Kakak akan ajarin bagaimana rasanya orgasme. Ayo Vira duluan lagi”, kataku.
Kembali, mulai dari Vira aku menindih dan menempelkan penis ke vagina. Lalu aku mulai menggenjot pinggulku dan menggesek2an penisku di vaginanya dan juga menggesek2 itilnya. Aku menggenjot berulang2 sambil meremas susu dan sekali2 mencium dan menghisap susunya.
Vira mendesah2 “ahh..ahh.ahh”. Karena memang sudah terangsang dari tadi, Vira segera orgasme. “a a a aahh..”, vira mengerang panjang dan memelukku erat “enak banget”, katanya pada teman2nya. Melihat Vira mencapai puncak yang lain semakin terangsang dan ingin orgasme juga.
Satu persatu kutindih dan kugesek2kan penis ke vaginanya. Beragam cara mereka mendesah nikmat dan beragam cara mereka mengerang mencapai orgasme. Lalu semua terlentang kecapean sambil saling tersenyum dan tertawa kecil. Aku sendiri juga merasakan nikmatnya menindih berbagai ukuran badan siswi2 itu, dan ingin juga mencapai puncak orgasme.
“Supaya terjadi pembuahan, yang laki2 juga orgasme. sekarang dicontohkan bagaimana kakak orgasme”, kataku. Kuminta Vira terlentang lagi dan kucumbu Vira seperti berhubungan seks, tetapi penisku hanya menggesek di vaginanya. Vira terangsang lagi akupun terangsang, kuteruskan dan kupercepat genjotanku. Sampai akhirnya aku merasa akan mengeluarkan mani. Segera kuangkat penisku dan kukocok dengan tangan.
“Lihat. Sebentar lagi kakak orgasme dan keluar mani”, mereka segera bangkit dari rebahnya dan memperhatikan penisku. Segera kukocok penis dengan cepat, dan .. crot..crot..crot.. maniku berhamburan di perut Vira. “Woww..” mereka terpana melihat mani keluar dari penis. Lalu memegang2 maniku yang putih kental.
Aku lemas, tapi berusaha menjelaskan sambil terengah2, “Nah, kalau air mani ini masuk ke memek kalian, kalian bisa hamil, bisa menjadi anak. Jadi hati2 jangan sampai hamil”.
“Kami masih perawan kan?”, tanya Intan. “Iya, karena tadi kontol kakak tidak masuk memek. Dan tidak ada darah perawan yang pecah”, aku menenangkannya.
“Terimakasih kakak”, kata Intan memeluk dan mencium pipiku. Yang lain ikut2an mengucapkan terimakasih, memeluk dan menciumku.
“Ayo, Sekarang semua membersihkan memek. Vira juga harus mengguyur mani diperut”, kataku.
Akhirnya kami putuskan untuk datang ke rumahnya. Berlima kami ke rumahnya. Disambut hangat oleh Bu Neni. Kami melaporkan kegiatan kelas dari segi aktivitas kelas, sampai tabungan kelas, serta persiapan jalan2 kelas disaat libur sebelum pembagian rapot kenaikan kelas nanti. Lalu kami juga menyampaikan kembali rasa takut apabila nilai kimia kami rendah atau merah. Sekali lagi Bu Neni menenangkan kami. Nilai rendah adalah untuk memacu semangat belajar. Terus terang aku jadi sebel melihat sikapnya ini.
Setelah ngobrol banyak hal, kami pamit pulang dan melanjutkan pembahasan di rumah ketua kelas. Saat kami hendak merekap kegiatan kelas di rumah ketua kelas, buku kas kelas ketinggalan. Karena sebel dengan Bu Neni, tak ada yang mau kembali kerumahnya. Akhirnya ketua kelas memutuskan dan menyuruhku mengambil buku kas kelas di Bu Neni. Saat kuketuk pintu tak ada yang menyahut, mungkin Bu Neni sedang pergi. Saat kucek pintunya ternyata terbuka dan kulihat buku kas kelas ada di meja tamu.
Aku masuk mengambil buku kas kelas. Saat itu kudengar suara tivi dikamar Bu Neni. O, pantas Bu Neni tidak mendengar suara ketukan karena sedang asyik nonton tivi. Melihat pintu kamarnya terbuka, aku menuju kamarnya untuk minta izin ambil buku. Ups, aku melihat pemandangan luar biasa. Ternyata di dalam kamar Bu Neni sedang bugil mendesah sendirian sambil nonton film porno. Sambil duduk dilantai tepi kasur, tangan Bu Neni meremas susu dan vaginanya sendiri. Walaupun agak kurus, tetapi susu Bu Neni besar, sedangkan vaginanya tertutup bulu jembut yang lebat mulai dari bibir vagina melebar hingga kebagian perutnya.
Karena masih sebel dengan Bu Neni, aku segera pergi. Tetapi tiba2 aku berubah pikiran. Justru karena sebel, sebaiknya aku ngerjain Bu Neni. Maka kukunci pintu rumah Bu Neni, lalu aku mencopot seluruh pakaianku, dan dalam keadaan bugil aku mengendap masuk kamar. Posisi Bu Neni sedang tidur menghadap tivi dengan tangan masih memainkan susu dan vaginanya. Aku terangsang melihat adegan film porno dan tubuh bugil Bu Neni, lalu mengocok penis agar cepat ngaceng.
Aku mendekat dan ikut merebahkan diri dibelakang Bu Neni dengan posisi penis yang sudah terarah ke vaginanya. Tanganku menggapai vaginanya. Bu Neni kaget dan ingin berbalik. Kutahan gerakan badannya, segera tanganku membuka pahanya, dan penisku mengarah kevaginanya. Kudorong pantatku dan ..clepss.. karena vagina Bu Neni sudah basah maka mudah bagi penisku masuk ke dalamnya. “Aawwhh..” bu Neni berteriak. Lalu kubiarkan ia melihatku.
“Jar.. kamu..”, bu Neni kaget melihat aku. Tubuhnya kuterlentangkan dan segera menindihnya. Penisku dengan cepat mencari lubang vaginanya, dan tanpa membuang2 waktu kutancapkan penis memasuki lubang. Blesss.. cukup dalam untuk mencapai dasar vaginanya. “Awwhh.. Bu Neni berteriak lagi “pelan-pelan..” rintihnya. Aku mulai menggenjot pantat naik turun pelan2. Bu Neni memandangku, mulutnya terbuka bersuara ahh ahh… Kulihat dia masih kaget tapi dia juga sedang bergairah. Mau marah tapi nikmat.
Aku tidak berhenti menggenjot, malah menambah dengan ciuman ke susunya. Bu Neni memejamkan mata, mulutnya tertutup. Terlihat ada air menitik dari matanya. Aku menghentikan genjotan. Bu Neni membuka matanya yang berlinang. “Teruskan..”katanya pelan. Maka aku kembali meneruskan genjotan, Bu Neni memeluk punggungku dengan erat. Kuberanikan mencium bibirnya dan dia membalas.
Tak lama kemudian dia mengejang dan meremas punggungku. Aku semakin bernafsu menggenjot.
“Aku mau keluar Bu… Di dalam atau diluar?..” tanyaku sambil terus menggenjot
“Di dalam saja”, kata Bu Neni.
Kupercepat genjotan dan crot.. crot..crot..crot. sambil menggenjot, penisku memuncratkan banyak air mani di dalam vagina Bu Neni. “Uhh.. uuuhhh..”Kucoba mengeluarkan mani sebanyak mungkin, lalu aku terkulai lemas diatas tubuhnya. Kubiarkan penisku didalam vaginanya. Bu Neni mendekapku, airmatanya semakin banyak. Aku merasa bersalah. Yang tadinya aku sebel sama dia, sekarang menjadi kasihan.
“Ibu menangis?”, tanyaku.
“Ini seks pertama Ibu”, katanya berusaha tersenyum.
Aku kaget, segera aku cabut penis yang masih mendekam didalam vaginanya. Dan kulihat ada darah dan mani di penisku, ada darah dan mani di vagina Bu Neni dan juga di lantai. Aku tertunduk lemas, tak tahu mau berkata apa. Tadinya karena nonton bf, kukira Bu Neni sudah pernah berhubungan seks.
Bu Neni berdiri mengambil celana dalamnya dan membersihkan darah dan mani di vaginanya. Ia mengambil plastik dan menyimpan celana dalam kotor itu dalam plastik. Lalu ia mengambil kain pel untuk membersihkan lantai. Dan kemudian menuju kamar mandi. Selesai mandi dia menyuruhku untuk membersihkan diri sambil mematikan film porno.
Bu Neni membuka pintu rumahnya dan duduk menungguku di ruang tamu. Setelah berpakaian akupun duduk di kursi tamu.
“Jar, seharusnya Ibu menuntut pertanggungan jawabmu karena telah menyetubuhi Ibu. Tetapi ibu pikir2, masa depanmu masih panjang. Jadi Ibu menganggap peristiwa ini adalah kecelakaan. Kamu terus belajar dan capai cita2mu”, Bu Neni menasehatiku.
Aku minta maaf pada Bu Neni. Lalu kusampaikan tujuanku kerumahnya. Setelah itu aku pamit dengan membawa buku kas kelas. Di rumah ketua kelas, teman2 marah karena telah lama menungguku.
“Pasti diceramahin lagi ya? Tentang apa?”, kata temanku.
“Ngobrolin tentang cita2ku kedepan?”, kataku sekenanya.
Sejak kejadian itu Bu Neni lebih banyak tersenyum, dan nilai kimia kami membaik. Perubahan sikap Bu Neni membuat seorang duda tertarik, lalu mendekatinya dan menikahinya. Bu Neni pindah ke rumah suaminya dan sempat mengundang kami untuk makan2 dirumahnya bersama suami dan satu anak tirinya.
Pada kesempatan itu aku sempat ngobrol berdua dengan Bu Neni. Dia mengucapkan terimakasih. Karena kejadian itu dia jadi termotivasi untuk berubah. Setiap dia kembali judes, dia ambil plastik yang didalamnya ada celana dalam yang masih tersisa bercak darah perawan dan mani yang sudah kering. Lalu dia termotivasi kembali.
“Memangnya plastik itu tidak ketahuan suami?”, tanyaku.
“Sebelum pernikahan kemarin, plastik itu sudah Ibu buang”, katanya tertawa. Aduh cerianya Ibu guruku..
Di rumah Bu Neni, awalnya dia minta tolong merapikan PR kimia anak2 kelas satu".
“Setelah itu dia bertindak sebagai guru BP. Dia bilang BP dilakukan di rumah karena masalah sensitif. Dia tahu hubungan aku dengan Wandi. Dia periksa tasku, dan dua kondom di dompetku ketahuan sama Bu Neni. Dia juga bilang bahwa pernah memergoki aku beberapa kali sekamar berdua Randi. Dan dia sudah memanggil Wandi ke ruang BP tadi. Aku nggak bisa menghindar dan mengakui. Terus dia bilang aku dan Wandi bisa dikeluarkan dari sekolah”. Sambil kuantar pulang dengan motor, Sari semakin terisak. Aku coba tenangkan dia bahwa aku akan bicara sama Bu Neni.
Setelah mengantar Sari, aku langsung ke Bu Neni. Di rumahnya dia sedang ceria, katanya baru terima telpon dari calon suaminya, ngomongin masalah pernikahan. Aku senang melihat dia gembira. Lalu Bu Neni mempersilahkan aku masuk. Aku sedikit bertanya tentang calon suaminya dan dengan semangat Bu Neni bercerita tentang status duda beranak satu, Bu Neni sudah akrab dengan anak dan keluarga besar calon suami. Dia merasa cocok dengan sikap dan kebaikan calon suami.
“Ibu sedang dimabuk asmara ya?. Sama dong sama Wandi dan Sari yang sedang dimabuk asmara”, aku mulai masuk ke permasalahan. Bu Neni kaget dan berargumen bahwa mereka telah berhubungan melebihi batas yang belum boleh untuk anak seumur mereka.
Aku sampaikan bahwa aku juga pernah berhubungan seks dengan Bu Neni. Dan menurutku Wandi dan Sari masih menjaga diri. Mereka tidak mempertontonkan tindakan melampaui batas di sekolah dan di lingkungan sekolah. Perbuatan mesum mereka lakukan jauh di luar kota atau di kota Padang. Mereka berhubungan seks dengan aman karena memakai kondom, mereka tidak mau Sari hamil.
Cukup lama aku mencoba memberi pengertian. Bu Neni ingin menegakkan aturan, tetapi dia sendiri sebenarnya melanggar aturan, karena punya video porno dan bernah berhubungan seks dengan aku muridnya. Aku menekankan bahwa apa yg telah terjadi, yg penting terjaga rahasia, tidak mempengaruhi orang dan tidak diulang lagi. Seperti aku, Wandi dan Sari masih punya masa depan, dan kita tidak boleh mematahkan semangat masa depan mereka.
Bu Neni memahami maksudku dan memahami posisinya, “Baiklah. Jaga rahasia aib orang. Dan beri kesempatan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Rahasia Wandi dan Sari ada pada kita, dan ibu tidak akan menghukum mereka asal mereka tidak melakukan lagi.. Dan kalau ketahuan satu kali lagi, maka tiada maaf”. Bu Neni menyimpulkan sekaligus mengingatkanku.
Aku mengucapkan terimakasih dan merencanakan besok siang aku, Wandi dan Sari akan ke rumah Bu Neni untuk menyelesaikan hal ini. Lalu kami cerita2 lagi tentang masa muda Bu Neni. Aku pamit dan Bu Neni memeluk dan menepuk pundakku. “Kamu cukup bijaksana”, katanya. Aku ge-er.
Besoknya kami ke rumah Bu Neni dan semua permasalahan jadi beres. Wandi dan Sari dapat nasehat panjang dari Bu Neni. Dan Bu Neni bilang bahwa dia punya mata2 untuk mengawasi Wandi dan Sari. Setelah semua masalah diselesaikan, Bu Neni minta tolong untuk membantu memeriksa PR kimia anak kelas satu. Aku dan Sari membantu, sedangkan Wandi pulang karena ada kerjaan di rumah.
Tak berapa lama, Bu Neni mendapat telpon dari calon suaminya. Bu Neni pergi urusan calon suami dan meminta kami meneruskan kerjaan.
“Terimakasih ya Jar, telah menyelamatkan masa depanku”, kata Sari
“That is what friend are for. Kamu berdua sahabatku”, kataku belagak bahasa Inggris.
Sari melihat keluar jendela dan bertanya dengan suara pelan, “Aku heran, kok kamu bisa mempengaruhi Bu Neni?”. Aku hanya tersenyum, “Aku cuma berusaha jadi siswa yang baik saja”. Sari terlihat kurang puas. Aku tetap diam sambil terus menyelesaikan tugas.
“Bagaimana aku membalas jasamu ini? Kutraktir makan saja ya?”, Sari menawarkan. Aku bilang boleh saja.
“Tapi kayaknya kurang deh kalau cuma makan. Tambah nonton deh..”, katanya tertawa.
“Nggak usah makan, nggak usah nonton. Bagaimana kalau cium?!”, kataku meledek. Sari berhenti bekerja dan memandangku.
“Kenapa?”, aku tertawa.
Sari menghampiriku lalu tiba2 mencium bibirku dan aku terdorong rebah.
”Sari.?.”, kataku, tapi tetap menerima ciumannya. Sari melepaskan ciumannya dan menatapku yang terlentang di lantai. Lalu mencium bibirku lagi. Aku biarkan dia menciumku. Lama-lama aku terangsang dan secara reflek tanganku menggerayang dadanya. Menyusup kebalik baju dan mencari susunya.
Sari tak peduli, badannya dimiringkan untuk memudahkan tanganku mencari susu. Bahkan tangannya membantu menyingkap bh sehingga dengan mudah aku meremas dan memainkan susunya. Sambil menciumku, tangan Sari mencari letak penis di balik celana dan meremas2 penisku.
“Sari?”, aku coba menyadarkannya, tapi aku sendiri jadi terangsang dan penisku ngaceng. Aku membalas menyingkap rok dan menyelinapkan tanganku kebalik celana dalamnya dan memainkan vaginanya.
Sari memelorotkan sedikit celanaku sehingga penisku menyembul keluar dalam keadaan ngaceng. Lalu dia duduk diatas perutku. Tanpa mencopot rok dan celana dalam, Sari menyingkap sisi celana dalamnya sehingga vaginanya mengintip.
“Sari?”, aku masih ragu. Tapi tak ada waktu untuk bertanya, tangan Sari meraih penisku, meluruskan ke vaginanya dan bless.. penisku masuk ke vaginanya.
“Sari..”, aku berada di dua kebimbangan. Sari adalah sahabatku. Wandi pacarnya Sari, juga sahabatku. Sulit bagiku untuk bersetubuh dengan Sari. Tapi disisi lain nafsu seks membuatku terangsang dan bergairah, aku jadi tak ingin dia berhenti.
Sari terus menggenjot. Saat asyik menggenjot, terdengar pintu pagar di buka dan terlihat Bu Neni pulang. Dengan cepat Sari mengeluarkan penisku, lalu membetulkan celana dalamnya sehingga vagina yang ngintip tadi langsung ngumpet lagi. Lalu meneruskan tugas. Aku juga sigap membenahi celana dan menutup retsleting. Karena penisku masih ngaceng, aku tengkurap menyembunyikannya sambil segera kembali mengerjakan tugas.
Bu Neni masuk dan memandang kami dan langsung membawa barang bawaan kebelakang. Ternyata masih ada barangnya di depan pintu dan Bu Neni minta tolong aku membawanya ke dalam. Aku berusaha meutupi penisku yang masih tampak ngaceng dibalik celana, tapi tak bisa. Akhirnya aku mengeluarkan baju menutupi bagian selangkanganku.
Saat aku mengantar kebelakang, Bu Neni berbisik menegurku, “Kamu nakal ya Jar. Masak ngerjain tugas begitu, napas kamu terengah2”. Bu Neni melanjutkan. Tangannya segera bergerak memegang daerah selangkanganku dan memergoki penisku masih ngaceng “dan kontolmu ngaceng”.
“Memangnya sempat Jar?”, Bu Neni nggak percaya kami sempat berhubungan dan segera memakai baju lagi.
“Sari cuma ucapin terimakasih, tapi sedikit berlebihan, jadi aku terangsang”, kataku sambil mengusap bibir, mengisyaratkan bahwa Sari mencium bibirku.
“Oo begitu..”, kata Bu Neni. Lalu kami kembali membantu memeriksa PR kimia hingga selesai.
Aku mengantar Sari ke rumahnya. “Ucapan terimakasihmu berlebihan, Sari”, kataku.
“Maaf. Waktu sekelas di kelas satu, aku suka kamu, tapi kamu cuek. Lalu Wandi yang baik menghampiriku. Kami jadian. Karena sudah sama2 cinta, kami buta dan berbuat tidak semestinya. Tapi aku masih menjaga diri dengan pakai kondom”, Sari berusaha menjelaskan.
“Tapi kamu sama aku tadi tidak pake kondom”, kataku
“Aku nggak berani bawa kondom, takut diambil Bu Neni lagi”, jawabnya
“Aku bingung Jar. Aku cinta dan sayang sama Wandi. Tapi rasa suka sama kamu tidak hilang. Selama ini bisa kukendalikan, tapi waktu kamu tadi minta cium, aku menjadi buta dan hilang kendali”, Sari berkata pelan.
Sesampai dirumahnya, Sari minta aku tunggu sebentar. Dia masuk kedalam rumah lalu keluar lagi. “Antarin aku ke rumah mak tuo (bude)”, katanya.“Kemarin maktuo nitip kunci karena rumahnya kosong dua hari. Di titip untuk sore menyalakan beberapa lampu dan paginya dimatikan.”, Sari menjelaskan
Aku mengantarnya ke rumah maktuo, lalu Sari segera masuk ke rumah untuk menyalakan lampu. “Jar, bantuin menyalakan lampu halaman belakang dan lampu atas ya.”
Setelah menyalakan lampu teras lantai atas, aku turun kembali ke lantai bawah. Aku kaget. Sari menungguku dalam keadaan bugil, dan pintu rumah tertutup
“Di rumah Bu Neni tadi, aku belum selesai mengucapkan terimakasih, buat cowok yang aku suka”, kata Sari tersenyum
“Sari..”, aku coba meyakinkan apa yang dia lakukan, “tadi sudah cukup”
“Please..”, Sari sedikit merengek, dia mendekatiku “tadi kan kita sama2 belum selesai.
Tubuhnya pendek sedadaku tapi badannya sintal, kulit mulus, susunya besar dengan putting coklat mendongak, dan bibir vagina tebal dengan bulu yang cukup lebat. Didekati dan dipeluk Sari yang bugil membuatku terangsang. Aku mencium kepalanya yang menempel di dadaku. Sari memandangku. Dia tersenyum.
Maka mulailah Sari beraksi. Pakaianku dicopoti semua hingga aku bugil. Dia menciumi seluruh dada dan perutku lalu memegang penis dan menciuminya. Dari pangkal buah zakar hingga ujung penis. Lalu mengemutnya dengan lahap. Penisku menegang dan Sari merasa senang.
Sari berdiri meraih pundakku menurunkan mukaku hingga sedadanya. Dia memintaku menciumi susunya. Terasa susu yang sudah matang dan kenyal. Sari menekan lagi pundakku sehingga wajahku berhadapan dengan vagina yang tertutup bulu jembut yang hitam keriting dan tebal. Aku menciumi vagina lebat itu. Sari meregangkan kaki, sehingga sedikit terbuka vaginanya. Kujilati vagina itu, Sari mendesah kencang.
Sari mendorong pundakku sehingga aku rebah terlentang. Sekali lagi dia mencium dada, perut dan penisku. Lalu dia beranjak ke meja dan mengambil sesuatu.
“Sekarang pakai kondom ya..” , katanya sambil mempersiapkan kondom untuk dipasang di penisku.
“Kalau ucapan terimakasih tidak boleh ditutup2i. Jangan pakai kondom”, kataku. Sari tampak ragu. Aku ambil kondom ditangannya, lalu kubuang. Sari menarik napas dalam.
Lalu dia mengambil posisi diatas penisku yang tegak. Dan blesssssss.. perlahan vaginanya menelan penisku. Dia terus menekan sampai mentok. Walaupun tubuhnya pendek, tapi vaginanya cukup dalam. Sari menarik napas lagi. Lalu mulai mengayun, satu tekanan, diam sesaat, lalu mengayun dan menekan lagi.
Sari mendiamkan penisku dalam vaginanya. Matanya memandang kearah kondom yang kubuang. Dia menarik napas lagi. Memandangku dan tersenyum. Lalu.. cleps, cleps, cleps.. dia menaik turunkan pantatnya, membuat penisku keluar dan masuk vaginanya berulang-ulang. Kepalanya mendangak ke atas dan mulutnya bersuara tidak menentu. Semakin lama Sari mempercepat ayunan dan goyangannya.
Setelah lama bergoyang, Sari merebahkan diri disampingku, dan meminta aku untuk menindihnya. Aku sempatkan menciumi susunya lalu mencium bibirnya. Sari menggenggam penisku dan diarahkan ke vaginanya. Aku menekan dan bless.. penisku masuk ke vaginanya hingga dasar. Sari menggoyangkan pantatnya meminta aku untuk memompa. Maka kuayunkan pantatku sehingga penisku kembali menghunjam dasar vaginanya berkali2.
Wajah Sari yang segar, terlihat sangat menikmati dan bergairah. Sesekali erangannya terdengar mmphh…, Aku tak tahu berapa kali aku menghunjam, berapa lama aku menggenjot, tetapi Sari sepertinya masih belum mau memuncak.
“Sari, aku mau keluarr..”, kataku. Sari menggoyangkan pantatnya seirama genjotanku dan coba mencapai orgasmenya. Aku tak tahan, dan akhirnya penisku memuntahkan mani yang ada di dalamnya. Saripun mencapai orgasmenya. Dia segera membalikkan posisi sehingga aku berada di bawah dan dia diatas. Lalu segera mengeluarkan penisku dari dalam vaginanya. Lalu membiarkan mani yang berada didalam vagina mengalir keluar.
Dia tersenyum melihat penisku penuh dengan mani. Lalu segera ke kamar mandi membersihkan diri. Dari kamar mandi dia memanggilku untuk mandi bersama. Kami saling menyabuni dan membilas. Sari terus tersenyum.
“Kamu terlihat bahagia”, kataku
“Ya, hari ini aku terbebas dari ancaman dikeluarkan dari sekolah. Hari ini aku dapat kesempatan berduaan dengan cowok yang kusuka. Hari ini… aku merasakan gesekan kontol tanpa kondom di memekku... Hari ini aku merasakan hangatnya mani yang keluar di dalam memekku..”, katanya riang.
Perjalanan mendaki gunung yang masih berupa hutan. Ditengah perjalanan kami mampir di rumah makan untuk istirahat dan makan, lumayan setelah berjam2 berlima di mobil kecil. Mobilnya juga harus istirahat. Begitu masuk rumah makan, anak laki, Yudi, Arman dan aku memilih untuk rebahan di dipan meluruskan kaki. Sedangkan Reni dan Yuni langsung kemeja makan.
Saat rebahan, aku mendengar suara air mengalir. Kata uda (abang) rumah makan memang ada sungai di bawah. Tidak jauh. Aku mengikuti jalan setapak menuruni bukit hingga ke tepi sungai. Melihat segarnya sungai dan panasnya udara, aku ingin sekali menceburkan diri. Aku berjalan menyusur tepi sungai mencari tempat agak jauh dan terlindung untuk mandi di sungai. Lalu bugil dan byurr.. aku menceburkan diri ke sungai.
Aku menyelam dan berenang di tepi sungai. Saat melihat ke tepi, aku tak melihat pakaianku ditepi sungai. Ternyata aku terbawa arus sungai dan makin menjauh. Tiba2 terdengar keciplak kecipluk air, rupanya ada yang mandi di sungai juga. Aku menghampiri. Ternyata ada dua wanita sedang mandi. Mereka kaget dan segera menepi dan mengambil kain handuk untuk menutupi tubuh bugilnya.
Aku jelaskan bahwa aku pengunjung rumah makan dan sedang mandi lalu terbawa arus. Ternyata mereka adalah ibu dan anaknya penduduk local. Mereka menganjurkan aku untuk kembali lewat tepi sungai daripada berenang lalu terbawa arus lagi. Karena mereka tidak punya kain lagi, mau tidak mau aku naik ke tepi dalam keadaan bugil. Tepi sungai tidak bisa dilalui, harus agak naik ke darat berliku2. Si ibu mau mengantarkan aku dan minta anaknya menunggu.
Aku berjalan dibelakang ibu sambil menutupi penisku, takut kena duri pohon. Tidak ada jalan setapak, dan jalannya naik turun. Disalah satu jalan turun aku terpeleset dan menimpa ibu yang ada didepanku. Kami bertindihan, kain ibu tersingkap dan penisku menempel disekitar vaginanya. Aku dan si ibu lalu berdiri. Tiba2 si ibu mencopot kainnya sehingga bugil. Aku tidak mengerti maksudnya.
“Menurut adat, kalau perempuan dan laki sudah saling melihat kontol dan memek, maka mereka harus kawin”, katanya, “Aku sudah lihat kontolm dan kamu sudah lihat memekku. Jadi aku dan kamu sekarang harus kawin”. Lalu dia menggelar kain dan merebahkan diri di atasnya. Lalu tangannya melambai memanggilku untuk mengawini dia.
Aku tidak mengerti, tapi aku juga tidak kenal daerah ini. Disekelilingku hanya terlihat pohon2 besar. Kalau jalan sendiri, pasti aku tersesat. Memang terdengar suara air sungai, tapi suaranya dari segala penjuru. Aku benar2 tak tahu arah. Jadi kuikuti maunya.
Untuk bisa kawin aku harus terangsang. Maka kuperhatikan tubuh bugilnya. Kulitnya gelap agak kotor. Susunya sudah agakmenggantung, mungkin karena usianya yang dugaanku hampir 40 tahun. Bulu jembutnya lebat keriting, bibir vaginanya tipis berwarna hitam. Tapi bagian dalam vaginanya berwarna merah menyala. Itilnya besar dan terlihat keluar dari bibir vagina.
Melihat itu semua aku mulai terangsang dan penisku ngaceng. Dia senang melihat aku mulai ngaceng dan memanggil lagi. Aku menghampiri dan hendak mencium bibirnya. Dia melarang, jangan cium bibir katanya. Akhirnya aku mencium susunya. Putingnya besar juga hampir sama dengan warna kulitnya. Lalu aku ke bawah untuk mencium vaginanya. Tetapi dilarang juga olehnya, padahal aku ingin mencium itil yang besar itu. Akhirnya hanya tanganku yang memegang dan membelai2 itilnya yang besar.
Sekarang penisku sudah ngaceng penuh, tanpa membuang2 waktu segera aku arahkan ke vaginanya, dan bless .. penisku masuk perlahan. Kutahan penisku didalam, tapi dia menyuruhku untuk menggoyangkan dengan cepat. Aku ikuti perintahnya dan kugenjot dengan cepat. Aku merasakan nikmat tiada tara. Kurasakan vaginanya menjepit kuat penisku. Terus kugenjot dan dia mengerang keras “aaaahhhh..”
Aku masih menggenjot, tapi dia menahan dan segera mengeluarkan penisku dari vaginanya. Lalu berdiri, memakai kain lagi menutupi susu dan vaginanya, dan akhirnya mengajakku jalan lagi.”Ayo Pik, jalan”, katanya.
“Aku bukan Pik”, kataku.
“Itu panggilan untuk putriku, Upik. Dia melihat kita dari balik semak”, katanya.
Dan betul, Upik keluar dari persembunyiannya dan ikut berjalan. Karena penisku masih ngaceng aku tidak bisa menutupi. Dan Upik melihat terus ke penisku. Ibunya melihat perilaku Upik. Ternyata tidak sampai seratus langkah sudah sampai ditepi sungai. Dan kulihat pakaianku tidak jauh dari situ.
Karena badanku gatal tergesek2 daun dan batang pohon, aku segera menceburkan diri di pinggir sungai, tidak berani ketengah lagi takut terbawa arus. Upik masih terus berusaha melihat penisku dan ibunya melihat tingkah Upik. Si ibu menghampiriku dan bertanya, “Kamu sudah pernah lihat memek Upik?”
Pertanyaan ini tentu dikaitkan lagi dengan adat. Kalau pernah melihat berarti aku harus kawin dengan Upik. Aku melihat Upik, dia tersenyum. Cantik juga walau kulitnya hitam. Kuperkirakan umurnya 15 tahun. Walau tertutup kaiin, tapi posturnya langsing atletis. Kulihat penisku masih agak ngaceng. Muncullah niatku untuk memenuhi kebutuhan biologis si penis.
“Tadi memek Upik terlihat waktu dia naik ke tepi mau pakai kain. Bulu jembutnya masih sedikit”, aku menebak untung2an.
Si Ibu tersenyum lalu memanggil Upik. Si Ibu membisiki Upik, lalu Upik mencopot kainnya hingga bugil. Betul dugaanku, susunya padat mendongak , vaginanya terlihat tebal dengan bulu jembut yang masih halaus. Upik menghampiriku di dalam sungai. Dia memelukku sebentar lalu meraih penisku dan di elus2.
Aku membalas dengan meraba2 dan meremas2 susunya. Tanganku juga mencoba menyentuh vaginanya yang ada di dalam air sungai. Merasakan tebalnya bibir vagina. Terasa juga itil yang besar, sama seperti ibunya. Dia merangkulkan tangannya ke leherku. Kucium bibirnya dan dia tidak melarang. Kulihat ibunya juga tidak melarang. Aneh.
Lalu aku menyelipkan penis keselangkangannya dan menggesek2kan ke vaginanya. Melihat ini, ibunya memanggil2Upik, dia menunjukk ke batu besar di sungai. Upik mengikuti perintah ibunya menuju batu besar sambil menggandengku lalu terlentang di batu besar itu. Ahh benar2 pemandangan alam yang indah. Kulihat jelas , dibalik pahanya yang merapat, ada vagina dengan bibir tebal yang mulai merekah karena terangsang.
Aku membuka kakinya yang rapat sehingga vagina indah itu jadi terlihat dengan jelas. Dan itil yang besar itu menyembul keluar disela2 bibir vagina. Kuhampiri vagina itu, kucium. Aku melihat ke ibunya, dia diam tidak melarang. Maka kulanjutkan dengan menjilati bibir vagina, lubang kemaluan, lalu itilnya yang besar itu.
“aaahhhh.. aaahhh..”, Upik berteriak2 mengejang. Senang juga mendengar suara teriakannya, maka kuteruskan menjilati itil itu. “aaahhh mmm aaahhh..”
Kulihat ibunya memegang vaginanya sendiri. Lalu si ibu menyuruh aku segera mengawini anaknya. Aku berdiri dan mengarahkan penisku ke vagina Upik yang rebah. Pelan2 kutekan. “aahhh..” upik berteriak saat kepala penisku mulai masuk kedalam vaginanya. Kutekan lagi, Upik berteriak lebih kencang. Kutekan lagi dan teriakannya semakin kencang. Kutekan lagi sampai kurasakan ujung penisku membentur dinding dalam vaginanya. Upik berteriak. Dia mengigit bibir dan terlihat matanya berlinang.
Ibunya Upik membuka kain penutup tubuhnya lalu turun kesungai dan menghampiri. Dia memperhatikan penisku yang sudah berada didalam vagina putrinya. Dia tersenyum lalu mencium kening putrinya. Aku juga melihat kearah penisku yang masuk didalam vagina Upik. Terlihat ada darah mengalir keluar dari vaginanya. Darah perawan. Sudah kuduga bahwa Upik masih perawan sehingga tadi aku hati2 memasukkan penisku.
Ibunya menyuruhku untuk menggenjot. Maka kugenjotkan pinggulku dan Upik selalu berteriak mengikuti irama genjotanku. Kalau genjotanku lambat, maka erangannya juga lambat, kalau cepat, irama erangannya juga cepat. Dicampur dengan suara derasnya alran sungai, jadi seperti lagu yang asyiik.
Ibunya naik ke atas batu besar dan duduk. Kakinya mengangkang dan dia menyuruhku untuk mencium vaginanya. Sambil penisku terus menghunjam, aku menciumi dan menjilati vaginanya. Saat itilnya terjilat si ibu berteriak. Rame juga, ada suara air, suara teriakan Upik dan suara erangan ibunya.
Akhirnya Upik mengejang2 memeluk dan terasa mencakar punggungku. Lalu ibunya juga mengerang panjang. Aku terus menggenjot sampai tak tahan lagi, penisku menyemprot mani ke dalam vagina Upik. Lalu lemas memeluk dan menciumi Upik.
Setelah terasa penisku sudah loyo, aku mencabutnya dari vagina Upik. Upik duduk dibatu, dan kulihat semakin banyak darah yang keluar dari vaginanya. Juga air maniku keluar dari vaginanya. Darah itu menelusuri batu lalu turun kesungai dan hanyut terbawa derasnya air sungai. Kusiram sisa darah dan mani di batu, lalu semua meluncur mengikuti arus sungai.
Upik turun dari batu, ibunya juga. Lalu mereka berendam dan menyelam membersihkan diri dan vaginanya.
Lalu mereka berpamitan sambil tersenyum. Kupandangi kepergian mereka. Upik berjalan dengan tertatih2 karena selangkangannya masih sakit. Lalu mereka menghilang dibalik lebatnya pohon. Aku kedarat dan mengeringkan badan lalu berpakaian. Dan segera kembali ke rumah makan mengikuti jalan setapak.
Suatu kali aku pulang agak malam karena ada kuliah tambahan dan jalan2 dengan teman. Aku masuk lewat pintu samping karena memang aku diberi duplikat kunci oleh om dan tante. Setiba di dalam rumah, kulihat tante Lisa duduk sendiri di bangku teras belakang. Kuhampiri dan terlihat matanya berlinang.
“tante sedih. Kemarin mengantar om ke bandara karena tugas luar, tetapi tante lihat wanita selingkuhan om itu juga sedang cek-in dengan flight yang sama dengan suami tante. Mereka berselingkuh di luar kota”, tante tersedu.
Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku hanya menggenggam tangannya. Tante masih terisak. Aku dudud disebelahnya, memeluk bahunya dan mendekapkan kepalanya kepundakku. Isaknya mulai tenang. Setelah tenang, tante tidak beranjak.
Aku yang tadi terbawa suasana sedih sekarang tersadar sedang memeluk wanita. Aku mulai bergairah. Ku geser pundakku dan kubantu kepalanya rebah di pahaku. Tante mengikuti.
Saat rebahan itu aku memperhatikan tante. Di usia 36, dia masih segar dan badannya masih langsing, mungkin karena aktif dalam kegiatan LSM. Dari balik daster tipisnya terlihat bentukan susu dan putingnya. Tanganku yang tergeletak di pinggangnya mulai bergeser dan meraba susunya. Tante menatapku. Aku sudah terangsang. Segera kucium bibir tante dan dia membalas melumat bibirku. Kami mendesah2. Tanganku meremas susu tante dan memainkan putingnya.
Udara malam membuat kami semakin menghangat. Tanganku bergerilya ke bagian selangkangan tante. Tebakanku benar, tante tidak memakai cd. Terasa sebaran bulunya dibalik daster. Langsung saja kusingkap dasternya dan kugenggam vaginanya. “mmhh..” sambil berciuman tante mendesah.
Aku tak tahan. Kuhentikan ciuman dan mengangkat kepala tante dari pahaku. Aku segera membuka celanaku sehingga penisku yang sudah mulai menegang menyembul keluar. Tante melihat penisku dan melihatku. Dia tahu apa yang harus dilakukan. Segera dia membelai, mencium dan mengulum penisku. Aku terangsang hebat dan tanganku terus meremas2 kedua susunya.
Saat itu terang bulan, perbuatan kami jelas terlihat. Aku jadi teringat anak2 dan menghentikan emutan tante dipenisku.
“Mereka sudah tidur”, kata tante Leni.
Mendapat jaminan itu, aku segera mencopot daster tante Leni sehingga dia bugil dalam keadaan berdiri. Tubuhnya masih sintal, walaupun susunya sedikit mengendur, tapi dalam kondisi terangsang ini terlhat padat dengan pentil besar yang menantang. Bulu jembutnya lebat sekali menutup vaginanya. Kubelai2 bulu jembut itu, dan kusibak untuk melihat vaginanya. Hmm, vaginanya hitam dengan itil kecoklatan. Kuciumi vagina dan bulu jembutnya.
Tante Leni mengangkatku berdiri dan mencopot bajuku lalu celanaku. Kami jadi bugil berduaan di teras belakang dibawah sinar rembulan. Tante Leni agresif mencium bibir dan memelukku. Sementara aku membalas ciuman panasnya dan berusaha meremas dada. Tangan satunya meremas2 pantatnya yang padat. Penisku terselip diselangkangannya dan menempel di vaginanya.
Aku rebahkan tante Leni di bangku dan kuciumi dia dari jidat, bibir, leher, susu, perut, vagina, paha, betis hingga kaki. Lalu aku kembali ke susunya untuk mencium dan menghisap2. Tante Leni bergelinjangan. Aku juga tak mau melepaskan kesempatan untuk melihat vagina dibalik semak jembut. Kumainkan itil dan lubang vaginanya. Tante Leni bergelinjang lebih hebat lagi. Dia mendesah tapi dengan mulut tertutup menahan suara.
Kubuka bibir vaginanya, kujulurkan lidahku mengenai daerah vaginanya. Tante Leni menggerak2kan pinggulnya. Kuarahkan lidahku ke itilnya. Saat menyentuh itilnya, tante Leni tak dapat menahan suaranya “awwhhh..”, mulutnya terbuka menjerit mendesah. Maka kuteruskan menjilati seluruh bagian vaginanya.
Aku menikmati menjilati vagina sambil meremas2 susu tante Leni. Tiba2 tante Leni mengangkat tinggi pinggulnya dan mengejang “aaaahhhhh….”. dia mencapai orgasme dan langsung terkulai lemas di bangku.
Aku tersenyum, diapun tersenyum. Dia melihat ke penisku yang masih tegang, dibelai2 penisku dan ditarik kearah mulutnya, lalu dia mulai mengulum, mengocok dan menghisap2 penisku. Aku terangsang. Dan terus memainkan jariku di itil dan lubang vagina tante. Setelah beberapa lama kelihatannya tante mulai terangsang lagi. Aku tak menyia2kan kesempatan, diatas bangku itu kutindih dia. Tangannya membantu penisku mengarah ke vagina. Lalu bless.. cleps..clepss.. tanpa ragu2 aku langsung mengayun pantatku naik turun. Penisku menghunjam hingga keujung dalam vaginanya.
Tante Leni memang agresif, dia bangkit dan gantian merebahkanku. Lalu dia duduk diatasku dan memasukkan penis ke vaginanya. Goyangan tante Leni sangat kuat, dia menengadah ke atas menatap bulan dan mengeracau dengan kalimat yang tidak jelas. Aku tidak mau kalah agresif. Aku berdiri dan mendorong tante Leni untuk membungkuk, lalu kusodokkan penis ke vagina dari arah belakang. Maka semakin tidak jelaslah suara tante Leni mendesah dan mengerang.
Suara tante Leni menambah gairahku. Sodokan kupercepat. Dan aku merasakan maniku siap keluar, “tante.. a ku ma u ke lu arrr..”. Tante mencabut penisku dan merebahkanku di lantai. Kembali ia duduk diatasku, memasukkan penisku dan menggoyang dengan cepat. Crott.. croott.. aku tak tahan dan maniku menyemprot di dalam vagina tante. Tante terus menggenjot “ah.. ah..”. “Aaaaahhhh..”, tante mengerang panjang dan terkulai diatas tubuhku.
Aku membiarkan penisku didalam vaginanya. Perlahan memendek dan akhirnya penisku keluar sendiri dari vagina tante. Kami bertatapan puas. Tante beranjak dan melihat banyak spermaku meleleh keluar dari vaginanya.
lanjut 6
ari itu MD tidak memberikan pelajaran, anak2 senang. Guru lain datang menitipkan buku dari MD berisi bahan pelajaran untuk disalin atau difotocopy. Sepulang sekolah, sebagai ketua kelas, terpaksa aku ke rumahnya untuk mengantarkan absensi siswa dan buku PR anak2 sekelas untuk diperiksanya. Aku belum tahu rumahnya, tetapi tak ada teman yang bisa menemaniku. Akhirnya aku berputar2 sedikit menanyakan alamat rumahnya. Ternyata rumahnya lumayan jauh dan asri di daerah yang tenang.
Seorang wanita tinggi putih membukakan pintu. Ini pasti istri MD, pikirku. Istrinya bilang bahwa MD belum pulang, biasanya sebentar lagi pulang dan aku dipersilahkan menunggu. Daripada bulak balik yang cukup jauh, lebih baik aku menunggunya pulang.
Istri MD ramah dan menyajikan minuman buatku, lalu kami mengobrol sambil menunggu MD pulang. Suasana ruang tamunya membuatku risih. Ada kalender bergambar wanita berbikini, lalu patung wanita bugil, sedangkan di lemari buku agak dalam terlihat judul buku tentang pendidikan seks. Saat aku menumpang pipis ke kamar mandi, dinding kamar mandi berhias beberapa gambar wanita yang boleh dikata bugil karena pakaian dan bikininya transparan.
“Bapak maniak perempuan ya Bu?”, aku memberanikan bertanya untuk mengungkap rasa penasaranku terhadap MD. Bu MD melihatku, kelihatannya dia ragu untuk menjawab.
“Ya, memang dia kelihatannya hiper”, katanya. “Di kamarnya gambarnya lebih vulgar lagi”.
“Masa sih?”, aku penasaran.
Bu MD berdiri membuka pintu salah satu kamar. “Lihat saja sendiri”
Ternyata benar, di dinding kamarnya berhamparan gambar wanita bugil. Di dinding kamar mandi dalam, malahan gambar pria dan wanita sedang berhubungan seks. Lalu satu gambar close up penis sedang masuk ke vagina.
“Kok bisa dapat gambar seperti ini”, tanyaku
“Waktu dinas ke luar negeri, Bapak beli banyak buku porno”, jawab Bu MD
“Wah, ibu beruntung dong, punya suami yang hiperseks”, kataku
“hipernya dia itu bikin ibu risih, karena kalau dijalan matanya melirik kesana kemari mencari wanita cantik. Memang sih, bapak sering mengajak ibu berhubungan seks. Kadang2 sehari bisa beberapa kali. Tetapi karena energinya habis untuk fantasi dan menghayal, pas berhubungan cuma sebentar. Tidak sampai sepuluh menit dia sudah keluar. Dia asyik dengan dunianya sendiri”, Bu MD menunjukkan rasa kesal. Aku kaget dia bercerita itu kepadaku, mungkin saking kesalnya dia mengeluarkan isi hatinya.
“Jadi.. ibu belum pernah sampai orgasme?”, tanyaku hati2
“Belum”, jawabnya
“Kenapa tidak masturbasi saja?”, aku masih hati2 bertanya
“Iih ngapain? Mana enak..?”, katanya.
“Boleh saya bantu masturbasi Bu?”. Aduh! Kenapa aku bertanya begitu.
Bu MD melihatku. Dia berdiri dan berjalan kebelakang. Minum segelas air putih. Diam sejenak. Lalu kembali menemuiku. “Kalau kamu bisa, boleh..”, katanya pelan.
Aku kaget tapi senang. Bu MD memang benar2 putih dan tinggi.
Aku berdiri menghampirinya.”Harus pemanasan dulu Bu”, kataku.
“Ya, Ibu tahu”, katanya pelan.
Maka segera aku tuntun dia untuk merebahkan diri di lantai. Lalu mulai kulakukan pemanasan dengan mencium dan mempermainkan susu2nya. Dada dan susunya terlihat putih dengan puting merah muda. Saat kuhisap susunya, dia memejamkan mata. Saat itulah tanganku mulai bergerilya menyusup ke celana dalamnya, membelai sebentar lalu mencoba mencari itilnya. Bu MD menikmati sekali hisapan susu dan sentuhan itil. Cukup lama aku melakukan hal ini dan Bu MD mulai mendesah2.
Akhirnya aku copot celana dalamnya dan terlihatlah vagina merah muda merekah, dengan itilnya yang juga merah muda. Setelah menikmati pemandangan itu, aku dekatkan kepalaku mencium vaginanya. Menjulurkan lidah untuk menjilati vagina dan lubang vaginanya yang mulai basah. “aahh..” Bu MD mengerang cukup keras. Lama juga kujilati lidahnya dan dia masih terus menikmati.
“Ibu belum orgasme?”, aku bertanya. Dia menggelengkan kepalanya. Aku bingung.
“Tapi bapak sudah mau pulang”, aku takut bila terlalu lama Pak MD keburu pulang.
“Bapak pulangnya nanti sore, ada urusan ke departemen terus ke PGRI”, katanya sambil terengah2. Lho? Tadi pas aku datang disuruh nunggu karena sebentar lagi pak MD pulang, sekarang bilang masih lama. Jangan2 aku dijebak. Tapi peduli amat. Lagian penisku sudah ngaceng. Maka segera kucopot celana dan kuarahkan penis ke vagina Bu MD.
Bless.. penisku masuk ke vaginanya. Tanpa basa basi langsung kugenjot. Ternyata Bu MD balas menggenjot. Dan tak berapa lama aku digulingkan lalu dia duduk diatasku. Bu MD sangat agresif dan menggoyangkan pinggulnya dengan liar. Penisku seperti diputar2. Aku tak bergerak, hanya tanganku meraba dan meremas susunya.
“Aa.. aa.. aaahhh..”, Bu MD mengerang panjang menunjukkan bahwa dia sudah orgasme. Lalu tertelungkup diatasku. Segera kubalik dan kutindih tubuhnya, lalu kugenjot. Dengan sisa tenaga, bu MD coba menggoyangkan pinggul. Aku semakin terangsang dan mempercepat genjotan hingga maniku keluar. Ahh..
karena sudah lama tidak keluar, kurasakan maniku begitu kental dan banyak keluar di dalam vagina Bu MD. dan Bu MD mengangkat pinggulnya agar maniku tertumpah di ujung paling dalam lubang vaginanya.
“Terimakasih Dik, akhirnya ibu bisa merasakan nikmatnya ejakulasi”, katanya lemas dan puas
“Sama-sama bu”, jawabku sambil terus menciumi leher dan terkadang susunya.
Seorang wanita tinggi putih membukakan pintu. Ini pasti istri MD, pikirku. Istrinya bilang bahwa MD belum pulang, biasanya sebentar lagi pulang dan aku dipersilahkan menunggu. Daripada bulak balik yang cukup jauh, lebih baik aku menunggunya pulang.
Istri MD ramah dan menyajikan minuman buatku, lalu kami mengobrol sambil menunggu MD pulang. Suasana ruang tamunya membuatku risih. Ada kalender bergambar wanita berbikini, lalu patung wanita bugil, sedangkan di lemari buku agak dalam terlihat judul buku tentang pendidikan seks. Saat aku menumpang pipis ke kamar mandi, dinding kamar mandi berhias beberapa gambar wanita yang boleh dikata bugil karena pakaian dan bikininya transparan.
“Bapak maniak perempuan ya Bu?”, aku memberanikan bertanya untuk mengungkap rasa penasaranku terhadap MD. Bu MD melihatku, kelihatannya dia ragu untuk menjawab.
“Ya, memang dia kelihatannya hiper”, katanya. “Di kamarnya gambarnya lebih vulgar lagi”.
“Masa sih?”, aku penasaran.
Bu MD berdiri membuka pintu salah satu kamar. “Lihat saja sendiri”
Ternyata benar, di dinding kamarnya berhamparan gambar wanita bugil. Di dinding kamar mandi dalam, malahan gambar pria dan wanita sedang berhubungan seks. Lalu satu gambar close up penis sedang masuk ke vagina.
“Kok bisa dapat gambar seperti ini”, tanyaku
“Waktu dinas ke luar negeri, Bapak beli banyak buku porno”, jawab Bu MD
“Wah, ibu beruntung dong, punya suami yang hiperseks”, kataku
“hipernya dia itu bikin ibu risih, karena kalau dijalan matanya melirik kesana kemari mencari wanita cantik. Memang sih, bapak sering mengajak ibu berhubungan seks. Kadang2 sehari bisa beberapa kali. Tetapi karena energinya habis untuk fantasi dan menghayal, pas berhubungan cuma sebentar. Tidak sampai sepuluh menit dia sudah keluar. Dia asyik dengan dunianya sendiri”, Bu MD menunjukkan rasa kesal. Aku kaget dia bercerita itu kepadaku, mungkin saking kesalnya dia mengeluarkan isi hatinya.
“Jadi.. ibu belum pernah sampai orgasme?”, tanyaku hati2
“Belum”, jawabnya
“Kenapa tidak masturbasi saja?”, aku masih hati2 bertanya
“Iih ngapain? Mana enak..?”, katanya.
“Boleh saya bantu masturbasi Bu?”. Aduh! Kenapa aku bertanya begitu.
Bu MD melihatku. Dia berdiri dan berjalan kebelakang. Minum segelas air putih. Diam sejenak. Lalu kembali menemuiku. “Kalau kamu bisa, boleh..”, katanya pelan.
Aku kaget tapi senang. Bu MD memang benar2 putih dan tinggi.
Aku berdiri menghampirinya.”Harus pemanasan dulu Bu”, kataku.
“Ya, Ibu tahu”, katanya pelan.
Maka segera aku tuntun dia untuk merebahkan diri di lantai. Lalu mulai kulakukan pemanasan dengan mencium dan mempermainkan susu2nya. Dada dan susunya terlihat putih dengan puting merah muda. Saat kuhisap susunya, dia memejamkan mata. Saat itulah tanganku mulai bergerilya menyusup ke celana dalamnya, membelai sebentar lalu mencoba mencari itilnya. Bu MD menikmati sekali hisapan susu dan sentuhan itil. Cukup lama aku melakukan hal ini dan Bu MD mulai mendesah2.
Akhirnya aku copot celana dalamnya dan terlihatlah vagina merah muda merekah, dengan itilnya yang juga merah muda. Setelah menikmati pemandangan itu, aku dekatkan kepalaku mencium vaginanya. Menjulurkan lidah untuk menjilati vagina dan lubang vaginanya yang mulai basah. “aahh..” Bu MD mengerang cukup keras. Lama juga kujilati lidahnya dan dia masih terus menikmati.
“Ibu belum orgasme?”, aku bertanya. Dia menggelengkan kepalanya. Aku bingung.
“Tapi bapak sudah mau pulang”, aku takut bila terlalu lama Pak MD keburu pulang.
“Bapak pulangnya nanti sore, ada urusan ke departemen terus ke PGRI”, katanya sambil terengah2. Lho? Tadi pas aku datang disuruh nunggu karena sebentar lagi pak MD pulang, sekarang bilang masih lama. Jangan2 aku dijebak. Tapi peduli amat. Lagian penisku sudah ngaceng. Maka segera kucopot celana dan kuarahkan penis ke vagina Bu MD.
Bless.. penisku masuk ke vaginanya. Tanpa basa basi langsung kugenjot. Ternyata Bu MD balas menggenjot. Dan tak berapa lama aku digulingkan lalu dia duduk diatasku. Bu MD sangat agresif dan menggoyangkan pinggulnya dengan liar. Penisku seperti diputar2. Aku tak bergerak, hanya tanganku meraba dan meremas susunya.
“Aa.. aa.. aaahhh..”, Bu MD mengerang panjang menunjukkan bahwa dia sudah orgasme. Lalu tertelungkup diatasku. Segera kubalik dan kutindih tubuhnya, lalu kugenjot. Dengan sisa tenaga, bu MD coba menggoyangkan pinggul. Aku semakin terangsang dan mempercepat genjotan hingga maniku keluar. Ahh..
karena sudah lama tidak keluar, kurasakan maniku begitu kental dan banyak keluar di dalam vagina Bu MD. dan Bu MD mengangkat pinggulnya agar maniku tertumpah di ujung paling dalam lubang vaginanya.
“Terimakasih Dik, akhirnya ibu bisa merasakan nikmatnya ejakulasi”, katanya lemas dan puas
“Sama-sama bu”, jawabku sambil terus menciumi leher dan terkadang susunya.
Langganan:
Postingan (Atom)